JAKARTA - Holding BUMN Farmasi (Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma) bakal memasuki babak baru dalam pengembangan bisnisnya. Terutama setelah berhasil meningkatkan kinerjanya dengan catatan pendapatan naik 203,16 persen jadi Rp43,44 triliun dan meraup laba bersih Rp1,93 triliun atau meroket 668,1 persen pada 2021 lalu.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, kinerja yang meningkat signifikan ini salah satunya merupakan kontribusi dari keberhasilan Bio Farma dalam melaksanakan penugasan untuk penyediaan dan pendistribusian vaksin COVID-19. Selain itu, ada juga kontribusi dari penjualan layanan regular Bio Farma berupa vaksin dan serum untuk pasar domestik maupun pasar internasional.
"Kinerja Holding BUMN Farmasi yang menggembirakan di tahun 2021 tersebut diharapkan akan berlanjut di tahun 2022, dimana Holding BUMN Farmasi sedang bertransformasi ke industri healthcare dan digitalisasi layanan kesehatan," kata Honesti dalam keterangannya, Selasa 21 Juni.
Sejak dibentuk pada 2020, Holding BUMN Farmasi membawa misi untuk mewujudkan ketahanan kesehatan nasional di Indonesia, dengan mengintegrasikan seluruh kompetensi yang dimiliki, memadukan seluruh talenta dan kemampuan untuk berinovasi serta mempersiapkan program-program transformasi sebagai roadmap bagi pengembangan BUMN Farmasi menjadi Leading Life Science Company kelas dunia.
Holding BUMN Farmasi sejak awal pandemi COVID-19 juga telah berperan sebagai garda terdepan dalam mencegah dan menanggulangi pandemi dengan menyediakan, mengembangkan, memproduksi dan mendistribusikan vaksin COVID-19 keseluruh pelosok negeri, sehingga tujuan pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity) bisa tercapai.
Honesti menambahkan bahwa vaksin merupakan game changer, untuk membantu bangsa Indonesia keluar dari permasalahan pandemi COVID-19. Bio Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, mendapatkan penugasan vital dan strategis dari pemerintah untuk dapat memastikan distribusi 400 juta dosis vaksin COVID-19 dengan tetap mempertahankan kualitas berstandar tertinggi dari WHO.
Kiprah Bio Farma dan anak usahanya dalam perang ini merupakan bentuk komitmen dari BUMN Farmasi untuk menjalankan peran strategis dalam menjaga stabilitas penyediaan dan distribusi vaksin secara nasional.
BACA JUGA:
Selain vaksin dan serum, penjualan holding BUMN Farmasi pun ditopang dari penjualan anak usaha, PT Kimia Farma pada sektor manufaktur dan Indofarma yang berasal peningkatan nilai penjualan dari segmen produk obat dan pengadaan vaksin COVID-19.
“Kinerja Bio Farma sebagai induk, dikontribusi dari sektor pemerintah melalui penugasan penyediaan vaksin COVID-19, sebesar Rp26,81 triliun, disusul dengan sektor ekspor yang cukup signifikan mencapai Rp1,47 triliun, meningkat sebesar 47,58 persen jika dibandingkan tahun 2020, serta pendistribusian vaksin COVID-19 hibah sebesar Rp388,83 miliar," ungkap Honesti.
Sementara itu, Kimia Farma (KAEF) sebagai anggota Holding BUMN Farmasi, memberikan kontribusi sebesar 29,6 persen dari total pendapatan bersih, atau mencapai Rp12,85 triliun. Penjualan Kimia Farma didominasi oleh peningkatan pada segmen manufaktur yang tumbuh hingga 246,75 persen, dan segmen ritel yang tumbuh 19,12 persen dari tahun sebelumnya.
Indofarma (INAF) memberikan kontribusi sebesar 6,68 persen atau mencapai Rp 2,9 triliun, atau meningkat sebesar 69,15 persen. Pencapaian tersebut berasal dari peningkatan nilai penjualan dari segmen produk Obat sebesar Rp2,1 triliun, naik Rp1,23 triliun atau 142,52 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp865,86 miliar. Dimana pengadaan vaksin COVID-19 memberikan kontribusi penjualan bersih sebesar Rp924,76 miliar.