Bagikan:

JAKARTA - Produsen produk farmasi milik konglomerat Boenjamin Setiawan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan penjualan bersih mencapai Rp7,01 triliun di kuartal I 2022. Raihan tersebut naik 16,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.

Dalam laporan keuangan Kalbe Farma, dikutip Rabu 11 Mei, laba bersih yang diatribusikan pemilik entitas induk KLBF mencapai Rp835 miliar pada kuartal I 2022. Angka itu naik 16,5 persen dibandingkan Rp716 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Manajemen menyebut, dalam kondisi ketidakpastian makro ekonomi global dan rantai pasokan yang semakin menantang, KLBF terus memperkuat pasokan bahan baku untuk menjaga ketersediaan produk. Perseroan juga menjaga posisi likuiditas yang kuat untuk mengantisipasi kebutuhan modal kerja ke depan.

"Inovasi terus dilakukan dalam rangka menyediakan produk dan layanan yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan mendukung pertumbuhan penjualan," tulis manajemen KLBF.

Secara berkelanjutan, manajemen menyebut Kalbe Farna berupaya meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat antara lain dengan meningkatkan kontribusi produk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, meluncurkan berbagai produk kesehatan preventif dan herbal, menawarkan produk nutrisi yang lebih terjangkau serta memperluas layanan kesehatan berbasis digital.

Untuk mendekatkan diri dengan basis pelanggan yang lebih luas, KLBF menyediakan platform B2C - Klikdokter (telemedicine) dan B2B - EMOS & MOSTRAS melalui divisi distribusi & logistik. Perseroan juga menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital, serta mengendalikan biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba usaha.

Manajemen menambahkan, pada 2022, dengan kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih dan ekspektasi transisi COVID-19 ke arah endemi, perseroan mentargetkan pertumbuhan penjualan bersih tahun 2022 menjadi sebesar 11-15 persen dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 11-15 persen.

Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, perseroan berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga.

"Kalbe Farma juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45-55 persen, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal," tegas manajemen.

Optimisme KLBF untuk tumbuh, mendorong perseroan terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan. Melalui sinergi ABGC (Akademisi, Business, Government dan Komunitas), perseroan terus berkolaborasi menghasilkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (hilirisasi produk) dan mampu memberikan kontribusi pada performa bisnis perseroan. Di lain pihak, perseroan membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam bentuk joint-venture, akusisi atau bentuk kerja sama bisnis lainnya.

"Perseroan juga melakukan inovasi melalui PT Kalbe Genexine Biologics dengan melakukan kolaborasi riset dan uji klinis dengan pihak ketiga untuk produk penemuan baru (Novel products) di beberapa negara di Asia Tenggara, Australia dan Timur Tengah," tutup manajemen.