Pola Konsumsi Masyarakat Saat Ramadan Diyakini Mampu Pacu Kemajuan Ekonomi
Belanja Ramadan (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Pola konsumsi masyarakat selama Ramadan bisa dipastikan mampu memacu kemajuan ekonomi, kata Pengamat Ekonomi Universitas Hasanuddin Prof Marzuki Dea. Kendati komoditas pangan atau kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga, pola konsumsi masyarakat Sulawesi Selatan dinilai akan tetap meningkat selama Ramadan.

"Saya kira perilaku belanja masyarakat jelang Hari Raya Idul Fitri memang meningkat meskipun ada beberapa kenaikan harga komoditas-komoditas kebutuhan pokok masyarakat," ujarnya di Makassar, Sabtu.

Dengan demikian, kata Marzuki, pola tersebut akan berdampak pada faktor penentu kemajuan perekonomian secara umum, khususnya di daerah di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Menurut dia faktor konsumsi tetap akan menjadi penentu utama struktur perekonomian dari sisi permintaan yang mempunyai share cukup signifikan, rata-rata di atas 50-60 persen.

Dikutip dari ANTARA, sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Makassar kini tengah dipadati warga yang ingin membeli keperluan lebaran. Sementara pasar-pasar tradisional banyak dikunjungi pembeli, salah satunya masyarakat yang hendak membeli bahan kue lebaran.

"Ramadhan ini tetap mempunyai pengaruh yang cukup baik meskipun ada beberapa kenaikan harga komoditas kebutuhan masyarakat," katanya.

"Dari sisi konsumsi, saya kira pertumbuhannya akan meningkat, walaupun relatif kecil," tambahnya.

Share sumber pertumbuhan konsumsi pada triwulan IV 2021 mencapai 2,09 persen, diperkirakan akan meningkat mencapai share 2,50 persen. Sehingga pertumbuhan ekonomi Sulsel (year of year) bisa mencapai 8 persen.

Sementara Ekonom Unhas Mursalim Nohong menyebut beberapa momentum yang berkontribusi terhadap peningkatan belanja masyarakat yakni distribusi BST (Bantuan Sosial Tunai) dan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi ASN.

"Kerinduan masyarakat akan suasana kekeluargaan pada moment lebaran setelah dua tahun tertunda akan menjadi indikator penguat belanja masyarakat," ujarnya.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang tunai selama Ramadhan dan Idul Fitri 2022 mencapai Rp 175,3 triliun. Prediksi ini naik sebesar 13,4 persen dari realisasi tahun lalu.

Capaian angka yang mencapai Rp175,3 triliun dengan memerhatikan angka asumsi ekonomi makro, tren realisasi, dan program pemerintah pencairan bansos tunai.

"Libur Lebaran 2022 menjadi fenomena tersendiri dimana akan diwarnai dengan geliat belanja dan konsumsi yang meningkat," ujar Mursalim.