Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan secara historis Ramadan dan Lebaran menjadi salah satu faktor pendorong utama naiknya belanja masyarakat sehingga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Ramadan dan Lebaran merupakan faktor musiman yang mendongkrak konsumsi masyarakat dan berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi," jelasnya kepada VOI, Rabu, 3 April.

Esther menyampaikan tingginya antusiasme masyarakat untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan akan berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Adapun dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 mencapai 5,05 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. yaitu sumber pertumbuhan yang memiliki distribusi 53,18 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) ini tumbuh 4,82 persen.

"Konsumsi masyarakat pada saat Ramadan dan Lebaran biasanya lebih banyak. Kita tahu bahwa 53 persen pertumbuhan ekonomi di dorong konsumsi rumah tangga. Sehingga ini juga akan berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Di sisi lain, Esther menyampaikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada saat Ramadan juga akan mengalami peningkatan penjualan.

"Untuk UMKM juga akan terdorong meningkat penjualannya. Karena masyarakat normalnya tidak beli kue kering tapi ini ada Lebaran jadi beli kue kering. Apalagi geliat sektor riil akan lebih meningkat karena ada mudik," tuturnya.

Oleh sebab itu, Esther berharap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional akan mengalami kenaikan karena ada belanja masyarakat di daerah pada saat mudik.

Namun, Esther menyampaikan masih terdapat beberapa faktor yang berpotensi untuk membuat perlambatan seperti inflasi karena kenaikan harga pangan dan kenaikan tarif toll dan biaya transportasi.