IMF Dekati Negara Emerging G20 yang Berkumpul di Washington, Bicara Kondisi Global yang Terguncang
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) disebutkan baru saja menggelar pertemuan dengan para menteri keuangan (menkeu) maupun pemimpin dari negara-negara emerging market anggota G20 yang saat ini tengah berkumpul di Washington DC.

Adapun, sejumlah negara yang dimaksud adalah Saudi Arabia, Argentina, Brazil, Afrika Selatan, dan Indonesia yang dipimpin Menkeu Sri Mulyani. Demikian siaran pers Kementerian Keuangan RI yang dilansir hari ini.

Dalam laporan tersebut diungkapkan IMF menyatakan bahwa perekonomian global sedang mengalami goncangan geopolitik dan menghadapi konsekuensi untuk segera mengambil tindakan dalam merespons kondisi geopolitik.

Lembaga keuangan finansial global itu menyatakan pula jika negara emerging menghadapi efek limpahan (spillover) yang lebih luas, antara lain terjadinya gangguan perdagangan internasional, kenaikan harga komoditas, termasuk pangan dan energi, meningkatnya jumlah pengungsi dan isu humanitarian.

“Tantangan ini menjadi sangat signifikan mengingat dunia masih dalam upaya memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi global,” ungkap rilis Kemenkeu hari ini, Rabu, 20 April.

Lebih lanjut, IMF memandang jika kolaborasi negara-negara yang tergabung di dalam G20 sangat berperan untuk membantu mengurangi tekanan secara global.

“Untuk itu diperlukan langkah mendorong para pembuat kebijakan untuk terus memperkuat pemulihan ekonomi yang tangguh dan inklusif, mengatasi dampak buruk pandemi, melakukan reformasi transformasional untuk mengatasi tantangan dan peluang perubahan iklim dan pemanfaatan teknologi digital,” tulis pernyataan tertulis Kementerian Keuangan.

Sebagai informasi, sejak awal pekan ini tengah diadakan rangkaian pertemuan IMF – World Bank Group Spring Meetings 2022 yang mengambil tempat di Washington DC, Amerika Serikat.

Forum ini sekaligus menjadi ajang Indonesia dalam memperkuat dukungan Presidensi G20 periode 2022 serta peningkatan hubungan kerja sama di antara anggota maupun negara lain.