Bagikan:

JAKARTA - Pekan ini akan menjadi periode bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mencoba merangkak naik dan bertahan di level 7.000-an. Selama ini IHSG nyaris selalu terpental dan tak punya pegangan kuat untuk bertahan di level 7.000.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, IHSG masih sulit konsisten bertahan di level 7.000 karena tekanan aksi ambil untung ketika harga saham naik.

"IHSG di pekan ini masih mencoba menguat, meskipun ada potensi konsolidasi," kata Nico Demus dalam risetnya, dikutip Senin 21 Maret.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga berpendapat serupa. Dalam hitungannya, support IHSG sepekan ke depan ada di kisaran 6.820-6.900.

"IHSG sudah naik cukup tinggi sejak awal tahun ini, sehingga aksi profit taking adalah wajar," ujar Wawan.

Meski pelaku pasar banyak yang melakukan profit taking, secara umum Nico memandang valuasi IHSG berdasarkan price to earnings ratio (PER) saat ini masih terbilang wajar. Ia memprediksi IHSG akan bermain di rentang 6.930-7.035 pekan ini.

Selain itu, ada beberapa sentimen yang menyulitkan IHSG bergerak di atas 7.000. Pertama, keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan saat bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga. Ini membuat selisih suku bunga acuan Indonesia dan AS mengecil dan jadi sentimen negatif jangka pendek.

Kedua, harga komoditas belakangan ini mulai turun. Meski begitu, sejumlah sentimen tersebut hanya bersifat jangka pendek. Apalagi, ketidakpastian terkait konflik Ukraina dan Rusia masih belum hilang.

Ketiga, potensi inflasi tinggi. "Pemerintah telah membuka harga minyak goreng di pasar. Pasti itu berpengaruh ke inflasi di Maret, sehingga mungkin menjadi salah satu katalis negatif yang bisa dilihat investor," tutur Wawan.