Impor Gandum Cs dari Ukraina Hancur-hancuran, BPS Sarankan Perbanyak Stok dari Negara Lain
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) tidak bisa memungkiri jika situasi perang di Ukraina berimbas pada aktivitas ekonomi Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan adalah anjloknya pengiriman komoditas biji-bijian (serealia), termasuk gandum, dari Ukraina ke Indonesia.

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan bahwa jumlah pengiriman produk serealia dari negara Eropa Timur itu pada Januari-Februari 2022 menurun drastis menjadi hanya senilai 15,7 juta dolar AS atau 2,16 persen dari keseluruhan.

Padahal, sumbangsih Ukraina sebagai pemasok gandum cs biasanya mencapai porsi sekitar 20 persen hingga 25 persen dan menempati posisi dua teratas setelah Australia. Situasi ini tak ayal membuat kekhawatiran bagi aktivitas ekonomi di dalam negeri.

Pasalnya, gandum dan komoditas serealia lain umumnya digunakan sebagai bahan baku produk pangan yang memiliki nilai tambah, seperti roti dan mie instan. Untuk itu Margo mendorong pemerintah bisa membuat kebijakan yang berpihak kepada pelaku usaha agar aktivitas ekonomi dan industri pengolahan dapat tetap berlangsung tanpa khawatir kekurangan raw materials.

“Kalau impor serealia dari Ukraina ini terganggu maka kita bisa meningkatkan kuota impor dari negara lain supaya suplai domestik tetap terjaga sehingga ekonomi Indonesia masih bisa terus berjalan,” ujarnya saat menggelar konferensi pers melalui kanal virtual pada Selasa, 15 Maret.

Penurunan pasokan bahan pangan dari Ukraina itu sangat terlihat jelas. Sebab, pada sepanjang 2021 negara pimpinan Volodymyr Zelensky mengirimkan produk serealia senilai 946,5 dolar AS ke pasar domestik RI. Bukuan itu menempatkan Ukraina sebagai negara importir gandum terbesar kedua di Indonesia setelah Australia yang mengambil market nasional sebanyak 36,25 persen.

Secara umum, neraca perdagangan Indonesia dan Ukraina mengalami defisit 6,9 juta dolar AS pada Januari-Februari 2022. Sementara untuk keseluruhan 2021, RI juga mencatatkan defisit senilai 15 juta dolar AS.

Terkait