Penyuka Mi dan Roti Hati-Hati, Jokowi Bilang Harganya Bisa Naik karena Perang Ukraina-Rusia
Presiden Jokowi memberi pengarahan di Puncak Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan, Kamis, 7 Juli/Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan para penyuka mi maupun roti di Tanah Air untuk bersiap-siap menghadapi kenaikan harga. Penyebabnya, harga komoditas dasar membuat dua makanan ini yaitu gandum mengalami kenaikan akibat perang Rusia-Ukraina.

Hal ini disampaikan Jokowi saat memberi pengarahan di Puncak Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan, Kamis, 7 Juli.

Awalnya Jokowi mengungkap impor gandum di Tanah Air mencapai 11 juta ton. Karenanya hal ini harus jadi perhatian semua pihak karena bisa memicu kenaikan harga.

"Hati-hati yang namanya komoditas pangan dunia ini naik semuanya utamanya gandum. Kita juga impor gandum gede banget, 11 juta ton impor kita," kata Jokowi dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden.

"Ini hati-hati. Yang suka makan roti, makan mi bisa naik harganya. Karena apa? ada perang di Ukraina," sambungnya.

Jokowi mengatakan produksi gandum hampir 40 persen berada di Ukraina, Rusia, dan Belarusia. Namun, akibat perang, mereka jadi tak bisa mengekspor demi mengutamakan kebutuhan dalam negeri.

Bahkan, untuk memastikan hal tersebut, Jokowi bertanya langsung kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertanyaan ini diajukannya saat berkunjung ke dua negara tersebut beberap awaktu lalu.

"Di Ukraina saja ada stok gandum waktu ke sana saya tanya langsung ke Presiden Zelenskyy berapa stok yang ada di Ukraina. 22 juta ton. Setop enggak bisa dijual. Kemudian ada panen baru ini, 55 juta ton artinya stoknya sudah 77 juta ton," ungkapnya.

Sementara di Rusia, kata Jokowi, stok gandum mencapai 137 juta ton. Namun, seluruh produksi itu tak bisa keluar dan menyebabkan kenaikan harga pangan.

Padahal, sambung Jokowi, tak sedikit negara di dunia bergantung kepada gandum hasil produksi Ukraina dan Rusia.

"Di Afrika dan beberapa negara di Asia sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut sudah mulai yang namanya kelaparan bayangkan. Kita ini harus betul-betul bersyukur bahwa negara kita diberikan pangan yang namanya beras utamanya tidak naik, harus kita syukuri betul," pungkasnya.