Di Medan, Jokowi Pamer 3 Tahun Tak Impor Beras
Preside Joko Widodo saat meninjau penelitian minyak makan merah di Medan, Sumatera Utara, Kamis (7/7/2022). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia sudah tiga tahun ini Indonesia tak lagi mengimpor beras dari negara lain. Sehingga, komoditas ini tak mengalami kenaikan harga akibat dampat dari perang Rusia-Ukraina.

Hal ini disampaikan saat memberi pengarahan di Puncak Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan, Kamis, 7 Juli.

Awalnya, Jokowi menyinggung kenaikan harga pangan di seluruh dunia yang mencapai kisaran 30-50 persen. Hanya saja, Indonesia bisa bertahan karena sejumlah komoditas bisa dihasilkan sendiri seperti beras.

"Alhamdulillah rakyat kita, utamanya petani masih berproduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik. Moga-moga tidak naik karena stoknya selalu ada dan sudah tiga tahun kita tidak impor beras lagi," kata Jokowi dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden.

Jokowi mengatakan Indonesia biasanya mengimpor beras hingga 2 ton tiap tiap tahunnya. Sehingga, dia mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

"Ini sudah tidak impor lagi. Ini Menteri Pertanian hadir di sini, terima kasih Pak Menteri," ujarnya.

Meski begitu, Jokowi meminta kewaspadaan tetap ditingkatkan menyangkut masalah pangan, utamanya gandum. Apalagi, hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor 11 juta ton.

Dia mengatakan komoditas gandum ini memang mengalami kenaikan harga akibat perang. Sehingga, hal ini harus menjadi perhatian.

"Hati-hati yang suka makan roti. Yang suka makan roti bisa harganya naik. Karena apa? Karena ada perang di Ukraina," tegas Jokowi.

Presiden kemudian mengatakan perang Rusia-Ukraina jadi penyebab naiknya harga gandum karena 30-40 persen komoditas itu berasal dari sana.

Bahkan, Jokowi bertanya pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin soal stok gandum yang mereka simpan. Gandum yang disimpan Ukraina mencapai 77 juta ton.

Stok itu sengaja tak diekspor Ukraina untuk pertahanan pangan di negaranya. Sementara di Rusia, terdapat 137 juta ton gandum yang sengaja ditahan Putin. Akibat dari itu, Jokowi menyampaikan banyaknya negara yang terpengaruh akibat tidak ada ekspor gandum.

"Sekarang ini sudah mulai, karena barang itu tidak bisa ke luar dari Ukraina, enggak bisa ke luar dari Rusia, di Afrika dan beberapa negara di Asia sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut sudah mulai yang namanya kelaparan, bayangkan," tegasnya.

Karenanya, Jokowi bersyukur beras menjadi bahan pokok masyarakat di Tanah Air. Tapi, presiden tetap mengajak kepala daerah untuk memanfaatkan lahan kosong untuk memenuhi pangan sehari-hari.

Tujuannya, agar gizi masyarakat bisa terpenuhi. Khususnya, untuk anak-anak.

"Kalau anak-anak kita pintar-pintar cerdas, kita bersaing dengan negara lain itu mudah. Tapi kalau anak kita stunting gizinya enggak baik, nutrisinya enggak tercukupi, ah sudah, nanti ke depan bersaing dengan negara-negara lain akan sangat kesulitan kita," pungkasnya.