JAKARTA - PT Mandiri Sekuritas untung besar dari kegiatan bisnisnya di sepanjang 2021. Perusahaan efek milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini meraup laba Rp321 miliar atau melesat 137 persen.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menerangkan, catatan keuangan tersebut menunjukkan kemampuan perseroan untuk tumbuh dengan berfokus kepada akselerasi perkembangan bisnis klien dan nasabah.
"Terutama melalui peningkatan transaksi baik pasar modal maupun jasa advisory, inovasi produk investasi serta peningkatkan layanan digital," ungkap Oki dalam keterangannya, Rabu 9 Maret.
Sepanjang 2021, kinerja keuangan Mandiri Sekuritas didukung oleh seluruh lini bisnis. Di antaranya investment banking, capital market, dan retail.
Total pendapatan usaha Mandiri Sekuritas pun meningkat 55 persen menjadi Rp1,23 triliun per 31 Desember 2021 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020.
Oki merinci, bisnis investment banking di Indonesia mencatatkan pertumbuhan sebesar 68 persen dan investment banking- Mandiri Securities Pte. Ltd. (Mandiri Securities Singapore) tumbuh sebesar 10 persen. "Sementara capital market tumbuh sebesar 58 persen dan retail 56 persen," kata Oki menambahkan.
BACA JUGA:
Sementara itu, Direktur Operations Mandiri Sekuritas Heru Handayanto mengatakan, kinerja bisnis yang kuat tersebut didukung oleh berhasilnya transaksi-transaksi baik advisory maupun capital markets. Mulai dari enam IPO, enam rights issue, 41 obligasi rupiah, 11 obligasi global, dan 18 transaksi advisory/M&A.
Beberapa transaksi landmark, di antaranya IPO Bukalapak, IPO unicorn pertama di Asia Tenggara dan terbesar di Indonesia, IPO Mitratel yang merupakan IPO BUMN terbesar di Bursa Efek Indonesia, rights issue PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang merupakan transaksi equity terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, dan beberapa transaksi landmark M&A, seperti merger Pelabuhan Indonesia I-IV, dan restrukturisasi PTPN.
Di sisi lain, Oki menyampaikan, Mandiri Sekuritas dengan dukungan layanan lengkap optimis bahwa kinerja atau permintaan investasi pasar modal dari sisi institusi dan individu akan tetap tinggi di tahun 2022 seiring momentum pemulihan ekonomi paska pandemi.
"Kami memproyeksikan bahwa di akhir tahun 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai 7.400 berdasarkan perkiraan pertumbuhan EPS sebesar 12 persen di tahun 2022 dan 2023 yang didukung oleh pemulihan ekonomi domestik," tutur Oki.