JAKARTA - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) cukup beruntung. Di tengah penurunan pengunjung karena pembatasan kegiatan akibat COVID-19, perseroan mampu menekan kerugiannya.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan Kamis 24 Februari, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta ini mencatat kerugian Rp275,02 miliar pada akhir 2021. Catatan ini membaik ketimbang nilai kerugian pada 2020 Rp392,83 miliar.
Salah satu faktor pendorong perbaikan kerugian ini adalah beban pokok pendapatan dan beban langsung perseroan yang juga ikut turun. Nilainya Rp289,45 miliar dari sebelumnya Rp364,17 miliar.
Di sisi lain, pendapatan usaha PJAA memang turun 6,03 persen dari Rp414,18 miliar menjadi Rp389,34 miliar.
Sesuai dengan dampak pembatasan kegiatan masyarakat, pendapatan tiket wahana wisata dan pintu gerbang turun paling dalam atau minus 8,3 persen menjadi Rp217,73 miliar. Sementara pendapatan usaha lainnya seperti dari penyewaan kios, sponsor, pengelolaan gedung dan lain lain turun 5,7 persen menjadi Rp391,41 miliar.
Untung saja, perseroan punya sumber pendapatan lain yakni dari bisnis hotel dan rumah makan yang tumbuh 10,95 persen menjadi Rp39,509 miliar.
BACA JUGA:
Manajemen Pembangunan Ancol menyampaikan, pandemi COVID-19 di tahun 2020 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha perseroan. Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan.
"Saat ini dampak signifikan yang dialami perseroan adalah menurunnya jumlah pengunjung akibat adanya pembatasan kuota kunjungan per hari yang tercermin dari penurunan pendapatan tiket," ungkap manajemen Pembangunan Ancol.