Bagikan:

JAKARTA - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu memprediksi dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19 varian omicron ke sektor ekonomi tidak sedalam ketika varian delta merebak pada tengah tahun lalu. Menurut dia, terdapat sejumlah indikator yang menjadi dasar asumsi tersebut.

“Kasus omicron ini memang banyak sekali perbedaan dengan delta. Walaupun kasus hariannya meningkat sangat tajam namun ini tidak diikuti oleh tingkat hunian rumah sakit yang tinggi,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual pada Selasa, 22 Februari.

Febrio menambahkan, optimisme lain juga terlihat sisi pergerakan masyarakat yang cenderung tetap aktif seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran dalam mematuhi protokol kesehatan di situasi normal baru.

“Banyak daerah-daerah kini berada di PPKM level 3 tetapi indikator mobilitas masyarakatnya tidak terkoreksi terlalu dalam seperti saat delta terjadi,” tutur dia.

Meski demikian, anak buah Sri Mulyani itu berharap masyarakat tidak lengah dan selalu mematuhi anjuran pemerintah untuk menerapkan disiplin kesehatan di dalam aktivitas sehari-hari.

“Kita harus tetap waspada di situasi pandemi yang belum usai. Pemerintah juga akan melihat berbagai indikator ekonomi lain. Memang sejak awal Februari sudah leveling off, tapi ini masih agak dini mengingat perkiraan puncak masih di Maret nanti,” jelas dia.

Mengutip data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan disebutkan jika merebaknya varian omicron awal tahun ini memang menyebabkan mobilitas agak terkoreksi. Walaupun begitu, mobilitas Januari-Februari 2022 masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I 2021.

“Kami yakin pertumbuhan ekonomi 2022 masih akan cukup kuat di kuartal I 2022 dan diperkirakan bisa berada di kisaran 5 persen. Sehingga untuk prediksi keseluruhan tahun 4,8 persen sampai dengan 5,5 persen bisa tercapai,” tutup Febrio.