Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) disebutkan tengah menyiapkan rencana ekspansi terbaru dengan membidik pembukaan kantor cabang luar negeri (KCLN) di Los Angeles, Amerika Serikat.

Direktur Treasury dan Internasional BNI Henry Panjaitan mengatakan upaya ini merupakan langkah strategis dalam memacu kinerja perseroan di negara-negara yang dianggap potensial.

“Selain Amerika Serikat, beberapa negara lain di kawasan Asia, Australia, dan Timur Tengah juga akan menjadi sasaran selanjutnya. Tentu eksistensi bisnis ini merupakan perwujudan sebagai bank representatif Indonesia di kancah global,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Kamis, 10 Februari.

Menurut Henry perluasan jaringan mancanegara sekaligus penciptaan ekosistem usaha di luar negeri yang menjadi rencana strategis dalam ekspansi internasional 2022.

“Bisnis utama internasional BNI berasal dari trade finance dan remitansi yang di kedua segmen ini mampu tumbuh sangat baik pada periode pemulihan ekonomi tahun lalu,” tuturnya.

Henry menjelaskan, sejalan dengan momentum pembalikan kinerja perdagangan luar negeri Indonesia di 2021, volume trade ekspor BNI tumbuh di kisaran 76,73 persen dengan volume perdagangan impor melesat 120,41 persen.

Bahkan, bank pelat merah ini menyebut jika akselerasi pertumbuhan kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume perdagangan nasional yang mencapai 41,88 persen untuk ekspor dan 38,59 persen untuk impor.

Hal ini turut mendorong kenaikan pendapatan berbasis fee atau fee based income (FBI) perdagangan periode 2021 naik sebesar 7,46 persen secara tahunan atau year-on-year (y-o-y).

“Pertumbuhan trade didukung oleh aktivitas akuisisi nasabah baru dari segmen korporasi dan komersial. Selain itu, layanan BNI Trade Online sebagai solusi digital juga semakin diminati nasabah, seperti tercermin dari penambahan pengguna yang cukup besar yakni sekitar 79,71 persen tahun lalu,” tegasnya.

Dalam catatan VOI, entitas perbankan berkode saham BBNI itu sukses mencetak laba bersih Rp10,89 triliun pada 2021. Torehan itu melonjak signifikan sebesar 232,2 persen dibandingkan dengan periode 2020 y-o-y.

“Pencapaian Laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8 persen y-o-y sehingga mencapai Rp31,06 triliun,” ungkap Direktur Utama BNI Royke Tumilaar seperti yang diberitakan redaksi beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, dari sisi intermediasi ditopang oleh penyaluran di sektor business banking terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 7,6 persen menjadi Rp180,4 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor business banking ini tumbuh 4,5 persen y-o-y menjadi Rp482,4 triliun.

Sementara di sektor konsumer, kredit terbesar yang tumbuh disumbang kredit payroll, yaitu naik 18,3 persen y-o-y menjadi Rp35,8 triliun. Disusul kemudian KPR tumbuh 7,7 persen menjadi Rp49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit sektor ini melonjak 10,1 persen menjadi Rp99 triliun.