JAKARTA - Harga minyak goreng melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikannya tak hanya terjadi pada minyak goreng kemasan, namun juga pada minyak goreng curah. Untuk menekan harga yang terus meningkat, pemerintah melakukan intervensi dengan mengucurkan 11 juta liter minyak goreng. Bahkan, Pemerintah juga membuka opsi subsidi.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebenarnya sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp11.000 per liter. Namun fakta di lapangan, harga minyak goreng sudah melebihi HET dan melampaui Rp20.000 per liter.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pemerintah sedang menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng untuk meredam peningkatan harga di pasar. Namun, diakuinya harga minyak goreng masih tinggi saat ini.
"Minyak goreng kita sudah intervensi, 11 juta liter akan kita gelontorkan di(harga) Rp14.000 supaya tercapai daya beli masyarakat," tutur Lutfi dalam keterangannya, dikutip Sabtu, 1 Januari.
Lutfi mengatakan program 11 juta liter minyak goreng dengan harga Rp14.000 tersebut sudah dijalankan. Adapun program ini dimulai sejak November 2021.
Buka opsi subsidi
Cara lain untuk mengatasi tingginya harga minyak goreng kemasan maupun curah, Kementerian Perdagangan membuka opsi subsidi. Lutfi mengatakan dirinya bersama jajaran terkait telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian untuk merealisasikannya.
Kata Lutfi, pemberian subsidi ini akan mengggunakan dana pungutan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS).
"Kami sudah koordinasi Kementerian Koordinator bidang Perekonomian akan beri subsidi dari BPD PKS, sedang dalam proses. Karena kita sudah uji coba mekanisme subsidi," ucapnya.
Sebagai informasi, BPDP KS merupakan lembaga yang merupakan unit organisasi non-eselon di bidang pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
BACA JUGA:
Penyaluran 11 juta liter minyak goreng baru 35 persen
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa realisasi program minyak goreng Rp14.000 per liter baru mencapai 35 persen dari yang ditargetkan terjual 11 juta liter per akhir Desember 2021.
Airlangga mengatakan bahwa program ini merupakan upaya pemerintah dalam menekan harga minyak goreng yang belakangan melambung tinggi. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah akan terus mendorong penyaluran minyak goreng tersebut. Saat ini minyak gelontoran 11 juta itu baru tersedia di minimarket dan akan didorong masuk ke pasar transisional.
"Program ini adalah bagian dari operasi pasar dan merupakan arahan Bapak Presiden untuk terus dilanjutkan," tuturnya, dalam acara Refleksi Capaian 2021 dan Outlook Ekonomi 2022, Kamis, 30 Desember 2021.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan bahwa program minyak goreng kemasan sederhana dengan harga murah, akan tersedia sampai Januari 2022 di ritel-ritel modern.
"Saat ini terus berjalan dan kita harapkan targetnya adalah sampai minggu pertama atau kedua Januari itu sudah tuntas program ini," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 22 Desember 2022.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan bahwa penyediaan minyak goreng kemasan sederhana itu dilakukan secara bertahap karena produsen minyak goreng juga meminta waktu yang cukup untuk melakukan produksi hingga distribusi produk ke toko-toko ritel.
"Kita terus berproses. Kenapa tidak langsung? karena memang proses produksinya sendiri atau membuat kemasan sederhana itu ada waktu proses, kemudian ada waktu logistik, pengiriman barang terutama di daerah-daerah," ucapnya.
Tak hanya itu, menurut Roy, penyediaan minyak goreng kemasan sederhana itu dilakukan secara bertahap untuk memastikan ketersediaan stok hingga awal tahun depan. "Karena setelah tahun baru masih ada sebagian. Baik yang beristirahat dan lain sebagainya, yang tetap perlu kebutuhan akan minyak goreng," tuturnya.