JAKARTA - Kementerian BUMN memutuskan menghentikan sementara sejumlah rute penerbangan internasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Adapun, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya penyelamatan bisnis perusahaan penerbangan nasional tersebut. Sementara itu, Garuda akan difokuskan untuk menggarap rute domestik.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa rute-rute penerbangan internasional Garuda Indonesia akan dikurangi secara signifikan dan menyisakan volume kargo yang dinilai masih memadai. Sebagai gantinya, pemegang saham mengalihkan (refocusing) rute internasional ke domestik. Upaya ini akan dilakukan secara masif.
Lebih lanjut, Tiko mengatakan Garuda akan fokus ke rute premium. Rute Garuda pun turun dari 237 rute menjadi 140 rute. Diakui Tiko, hal ini menjadi tantangan karena akan banyak bandara mengalami penurunan jumlah flight Garuda.
"Internasional kami kurangi secara signifikan, dan internasional hanya beberapa yang di-service itupun sebagian besar karena adanya volume kargo yang baik, jadi kita tidak akan punya rute-rute long hold seperti Amsterdam, London, dan sebagainya di-shutdown, rute yang sepi seperti Korea pun di-shutdown. Jadi kita menyisakan volume kargo yang yang memadai," katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Selasa, 9 November.
Sementara itu, kata Tiko, dari 142 unit pesawat yang dimiliki Garuda, saat ini yang beroperasi hanya 50-60 unit saja. Pesawat tersebut dioperasikan di rute-rute potensial, seperti tujuan domestik Denpasar, Bali.
"Kami sudah mendapatkan banyak komplain selama sebulan terakhir flight Garuda makin langka, karena pesawatnya di-grounded. Jadi nanti ini jadi isu karena kita sangat selektif mensurvei rute-rute tertentu memang secara profitabilitas di atas cost structure yang ada dari Garuda," jelasnya.
Sebagian pesawat Garuda pun telah dikembalikan kepada lessor khususnya pesawat seperti Boeing 737. Adapun Garuda saat ini lebih banyak mengoperasikan pesawat berbadan lebar atau widebody.
BACA JUGA:
"Yang menarik 737 pesawat efisien, justru 737 yang kecil yang banyak diambil oleh lessor, makanya kita banyak pakai pesawat widebody yang Boeing 777 dan A330 (Airbus). Kalo pergi ke Denpasar sekarang oleh pesawat widebody 777 walaupun tidak efisien seperti 737," tuturnya.
Tak hanya itu, Tiko mengatakan Garuda juga mengurangi jumlah pesawat. Pada 2022, jumlah armada hanya akan tersisa 134 saja. Jumlah itu berkurang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
"Jumlah pesawat juga akan menurun drastis, dari 202 pesawat (2019) menurun di 2022 sekitar 134 pesawat karena sebagian sudah di-grounded juga oleh lessor. Dan diharapkan kedepan akan tumbuh lagi kalau bisnis plannya berjalan di sekitar 188 pesawat (2026)," ujarnya.
Di lain sisi, Tiko mengatakan pihaknya juga akan melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat yang digunakan oleh emiten berkode GIAA ini ke depannya. Tujuannya, untuk menyesuaikan biaya sewa pesawat dengan dengan market rates saat ini. Kemudian, meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui peningkatan utilitas belly capacity dan digitalisasi operasional.