JAKARTA - Kementerian BUMN membuka peluang upaya perjanjian bisnis penerbangan (code sharing agreement) Garuda Indonesia dengan maskapai internasional. Setelah sebelumnya berhasil memfasilitasi kerja sama dengan Emirates.
Adapun perusahaan penerbangan global yang dibidik di antaranya Qatar Airways dan maskapai milik pemerintah Jepang, All Nippon Airways (ANA).
Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut, rencana tersebut masih diproses. Ia mengatakan bahwa upaya ini dilakukan agar Garuda Indonesia tetap bisa menggarap rute penerbangan internasional. Sebab, Garuda akan difokuskan untuk melayani penerbangan domestik.
"Lalu, bagaimana dengan ke luar negerinya? Yah sudah kita code sharing seperti yang kita lakukan dengan Emirates, kita lakukan nanti dengan Qatar, dengan ANA, tetapi dalam untuk untung sama untung. Jadi kita masih proses," katanya saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat, 19 November.
Erick mengatakan bahwa kerja sama antara emiten kode saham GIAA itu dengan maskapai internasional tersebut dilakukan agar Garuda tetap memiliki nilai di mata pelanggannya.
Lebih lanjut, Erick berharap langkah itu akan berdampak positif dalam mendukung orientasi baru Garuda yang lebih difokuskan melayani rute domestik.
"Kita bandingkan dengan domestik penerbangan di banyak negara, AS negara yang sangat besar fokus pada domestik market, apakah yang Shortest, Continental, United, semuanya fokus ke situ, kita harus ke situ. Ini bisnis model," ucapnya.
Meski berencana menggandeng perusahaan penerbangan dunia, Kementerian BUMN memutuskan akan menghentikan sejumlah rute penerbangan internasional Garuda Indonesia. Upaya ini menjadi bagian dari upaya penyelamatan GIAA.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, rute-rute penerbangan internasional Garuda Indonesia akan dikurangi secara signifikan dan menyisakan volume kargo yang dinilai masih memadai. Totalnya ada 97 rute baik domestik maupun internasional yang dikurangi. Sebagai gantinya, pemegang saham mengalihkan (refocusing) rute internasional ke domestik. Upaya ini akan dilakukan secara masif.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan permohonan maafnya kepada sejumlah anggota dewan dan pemerintah daerah apabila harus menutup rute-rute yang kurang menguntungkan.
BACA JUGA:
Dalam rapat bersama Komisi VI DPR, pada Selasa 9 November, Irfan mengungkapkan rencana rute maskapai bakal dikurangi dari semula 237 menjadi 140 rute.
"Jadi bapak-bapak mohon dukungan seperti yang disampaikan kalau nggak untung kami tutup. Tarakan kami akan tutup, mohon maaf. Ini kami tegas termasuk ke Pemda dan Gubernur," kat Irfan, dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Selasa, 9 November.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa selama ini perseroan terdesak untuk membuka rute yang tidak menguntungkan titik dikarenakan maskapai pelat merah tersebut juga mengalami banyak tekanan pembukaan rute.
Menurut Irfan, perusahaan menanggung kerugian akibat beroperasi di rute-rute yang tidak mendorong pendapatan. Pendapatan yang diperoleh maskapai dari rute-rute tertentu ini tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
"Komisi VI bantu sepakati, kami lakukan business plan, Garuda harus untung. Kita tahu bikin untung, salah satunya terdesak ada banyak tekanan buka rute," ucapnya.