Garuda Indonesia Tutup 97 Rute Penerbangan Termasuk ke Tarakan karena Tidak Menguntungkan, Dirut Irfan Setiaputra Mohon Maaf
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Garuda Indonesia akan membatasi operasional perusahaan, hal ini lantaran masalah keuangan yang membelit perseroan. Terbaru, langkah yang akan ditempuh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah memangkas 97 rute penerbangan baik domestik maupun internasional.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan permohonan maafnya kepada sejumlah anggota dewan dan pemerintah daerah apabila harus menutup rute-rute yang kurang menguntungkan.

Dalam rapat bersama Komisi VI DPR, pada Selasa 9 November, Irfan mengungkapkan rencana rute maskapai bakal dikurangi dari semula 237 menjadi 140 rute.

"Jadi bapak-bapak mohon dukungan seperti yang disampaikan kalau nggak untung kami tutup. Tarakan kami akan tutup banyak maaf, mohon maaf. Ini kami tegas termasuk ke Pemda dan Gubernur," kata Irfan, dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Selasa, 9 November.

Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa selama ini perseroan terdesak untuk membuka rute yang tidak menguntungkan titik dikarenakan maskapai pelat merah tersebut juga mengalami banyak tekanan pembukaan rute.

Menurut Irfan, perusahaan menanggung kerugian akibat beroperasi di rute-rute yang tidak mendorong pendapatan. Pendapatan yang diperoleh maskapai dari rute-rute tertentu ini tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.

"Komisi VI bantu sepakati, kami lakukan bisnis plan, Garuda harus untung. Kita tahu sulit bikin untung, salah satunya terdesak ada banyak tekanan buka rute," ucapnya.

Kebijakan tersebut juga sejalan dengan akan berkurangnya jumlah pesawat yang melayani penerbangan. Jumlah pesawat yang saat ini 202 unit bakal berkurang menjadi 134 di tahun 2022.

Kata Irfan, hal ini lantaran sebagian besar pesawat bakal kena grounded oleh lessor. Langkah penutupan sejumlah rute penerbangan ini jika dilakukan sebagai jaminan kepada lessor bahwa perusahaan akan menguntungkan di masa mendatang.

"Yang bikin masalah ada excitement atau gaya-gayaan ke tempat yang tidak jelas keuntungannya. Amsterdam, London, Nagoya kita tutup. Pak Erick bolak balik sampaikan ke direksi: tutup kalau tidak menguntungkan," katanya.

Namun, kata Irfan, penerbangan ke China masih akan tetap dilakukan karena menguntungkan. Sebab, penerbangan ke sana juga membawa kargo.

"Ke China, Australia masih terbang karena untung isi kargo. Sekarang terbang seminggu sekali. Jeddah kita masih tutup," ucapnya.