Bagikan:

JAKARTA - Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait tutup usia pada Rabu ,29 September 2021. Sabam dilaporkan menderita penyakit paru-paru selama dua bulan terakhir. Berpulangnya Sabam meninggalkan duka mendalam kepada banyak politisi yang belajar darinya. Siapa Sabam Sirait sebenarnya? Berikut profil Sabam Sirait.

Salah satu kedukaan mendalam disampaikan oleh sesama politikus PDI Perjuangan Rahmad Handoyo. Ia mengaku kehilangan sosok senior sekaligus juga pendiri PDI Perjuangan.

"Tentu kita kehilangan tokoh sekaliber beliau, tokoh nasionalis, tokoh kebangsaan yang terus memberikan satu pengalaman kaitannya dengan kebangsaan nasionalisme," ujar Rahmad, mengutip artikel VOI berjudul Sabam Sirait Meninggal Dunia, Politikus PDIP: Kami Kehilangan Sosok Panutan.

Politisi PDI Perjuangan lainnya, Said Abdullah juga menyampaikan duka cita atas berpulangnya Sabam Sirait. Said mengungkapkan, Sabam adalah sosok senior teladan bagi para juniornya di partai berlambang banteng itu. Sabam memiliki tinta emas dalam perjalanan PDIP hingga menjadi parpol nomor satu di Indonesia.

Siapa Sabam Sirait?

Sabam Sirait adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir dari pasangan F.H. Sirait, salah seorang pendiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Julia Sibuea.

Sabam Sirait menikah dengan Sondang Sidabutar, dokter lulusan Universitas Sumatera Utara (USU). Dari pernikahan Sabam dan Sondang, keduanya memiliki empat anak.

Sabam Sirait menjabat sebagai Anggota DPD sejak 15 Januari 2018, menggantikan A.M. Fatwa, yang wafat pada Desember 2017. Sabam Sirait memiliki putra yang juga politisi PDI Perjuangan dan Anggota DPR RI, Maruarar Sirait.

Pada 1 Oktober 2019, Sabam menjadi pimpinan sementara MPR tertua untuk periode 2019–2024. Mengutip situs resmi DPD RI, Sabam memulai karier politiknya ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada 1958.

Ia tertarik, "Karena melihat kekosongan setelah partai-partai dibubarkan Bung Karno." aktif sebagai ketua cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jakarta. Selain itu, Sabam banyak terlibat dalam kegiatan organisasi politik.

Sebelum menjabat sebagai Sekjen DPP PDI, ia menjabat sebagai Sekjen DPP Parkindo. Sebelum Pemilu 1982,

Sabam menjadi anggota DPR-RI dengan jabatan Wakil Ketua Komisi II dan Wakil Ketua Badan Pekerja MPR-RI. Pada Pemilu 1987, Sabam tidak muluk-muluk saat membuat target untuk PDI.

Ia berkata "Pesta demokrasi hendaknya diselenggarakan sesuai dengan UU, luber, jujur dan adil, sesuai dengan demokrasi Pancasila."

Sejumlah posisi yang pernah digeluti oleh Sabam adalah; Pegawai Administrasi di SMA PSKD di Jakarta (1957–1958), Pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta (1958–1960), Anggota DPR GR / MPRS (1967–1971), Wakil Ketua Badan Pekerja DPR GR / MPRS (1971–1973), Anggota DPR RI Fraksi PDI (1973–1977), Anggota DPR RI Fraksi PDI (1977–1982), Angota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1983–1988), Angota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1988–1992), Anggota DPR RI Fraksi PDI (Wakil Ketua Komisi I DPR RI) (1992–1997), dan Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (1999–2004).

Sabam Sirait juga menjadi salah satu politisi yang mendukung Palestina. Pada 2010, Sabam Sirait mengikuti aksi damai yang diselenggarakan PKS di pelataran Monas untuk menyampaikan dukungan terhadap Palestina.

Sabam tergabung dalam Kaukus Dukung Palestina. Ia menyampaikan orasi dengan mengajak kader-kader PDI Perjuangan dalam menolak rencana perubuhan Masjid Al Aqhsa oleh Israel saat itu.

"Saya usulkan Anggota DPRD di sini tolong ajak anggota DPRD dari PDI-P besok untuk bikin aksi untuk Palestina," kata Sabam, dikutip dari Kompas.

Sabam saat itu juga mengusulkan pemberian nama Palestina untuk salah satu jalan di Jakarta. Sabam berpendapat, dukungan kepada Palestina harus terus diserukan untuk mengupayakan perdamaian.

"Palestina belum memiliki kedaulatan nasional. Israel sesukanya buat pagar sehingga enggak bisa dimasuki Palestina. Kalau kita politik bebas aktif harus dibuktikan pemerintah kita," tambahnya.

Pada 2015, Sabam Sirait diberi anugerah sebagai Bapak Demokrasi Bangsa. Anugerah tersebut diberikan atas dasar perjuangan Sabam dalam menegakkan demokrasi di Indonesia. Sabam dikenal melalui jalan panjang untuk menegakkan demokrasi di Tanah Air.

Mengutip Okezone, Sabam sosok yang meninggalkan jejak pengalaman yang panjang dan memastikan bahwa politik harus bermula dari keyakinan ideologis. Sabam juga dinilai mengajarkan bahwa politik bukan semata menjadi alat untuk mencapai kursi kekuasan, melainkan juga menjadi medium perjuangan.

*Baca Informasi lain soal SOSOK atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya