JAKARTA - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memberi perintah memusnahkan semua kucing di wilayah perbatasan. Hal ini dilakukan karena kucing dianggap sebagai pembawa virus corona. Kita gugat kekejaman Kim Jong Un yang belum tentu berdasar ini.
Selain kucing, Kim Jong Un juga memerintahkan pembasmian merpati. Perintah itu dikeluarkan di Hyesan, Provinsi Yanggang, Sinuju, serta sejumlah daerah lain di perbatasan.
Perintah Kim Jong Un ini diserukan setelah ia melarang masuk seluruh obat-obatan China ke rumah sakit-rumah sakit besar di Ibu Kota Pyongyang. Kim Jong Un juga telah meminta para peneliti menghentikan ujiklinis vaksin COVID-19 dari China.
Kim Jong Un ingin Korut memproduksi vaksin secara mandiri. Hal ini jadi pertanyaan, mengingat China adalah mitra dagang utama Korut.
Perburuan massal
Perintah Kim Jong Un dijawab masyarakat Korut. Mereka dilaporkan menembaki burung yang terbang di atas perbatasan dari China.
Masyarakat juga menembaki kucing-kucing, baik yang liar ataupun yang dipelihara majikan. Di sisi lain banyak warga yang membuat laporan palsu tentang kematian kucing mereka.
Meski begitu para petugas dilaporkan berpatroli. Mereka melakukan inspeksi ke rumah-rumah dan permukiman masyarakat.
Otoritas Korut konon juga tak segan menghukum keluarga-keluarga yang masih memelihara kucing. Menurut seorang pejabat di Provinsi Yanggang, sudah ada keluarga yang dihukum karena hal ini.
"Keluarga itu diberikan hukuman 20 hari dalam isolasi karena secara ilegal memelihara kucing setelah pemerintah melarangnya di wilayah perbatasan," dikutip Express, Selasa, 1 Juni.
Korut sendiri hingga hari ini mengklaim nol kasus COVID-19 di negaranya. Meski begitu klaim tersebut diragukan banyak pihak.
Sebaliknya
Entah apa keputuan Kim Jong Un dilandasi dasar yang kuat atau tidak. Hingga saat ini belum ada studi yang membuktikan kucing dapat menularkan COVID-19 ke manusia.
Yang ada justru sebaliknya. Dua kasus penularan virus Sars-Cov-2 dari manusia ke kucing ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di Inggris.
Para peneliti yang berasal dari Universitas Glasgow menemukan kasus penularan itu sebagai bagian dari program pengulasan populasi kucing di Inggris. Dua kucing yang disinyalir terinfeksi COVID-19 itu berasal dari pemilik yang berbeda, tempat tinggal yang berbeda, hingga ras yang berbeda.
Hal yang dialami keduanya adalah kesulitas bernapas dari tingkat menegah hingga berat. Melansir The Guardian, para peneliti dari Universitas Glasgow mempercayai bahwa kedua kucing itu terinfeksi oleh pemiliknya yang memiliki gejala COVID-19 sebelum kucing-kucing itu mengalami masalah pada kesehatannya.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Veterinary Record itu menunjukan tidak ada bukti penularan COVID-19 dari hewan peliharaan ke manusia. Akan tetap, hasil penelitian itu menunjukan bahwa hewan peliharaan dapat menjadi reservoir virus yang memungkinkan terjadinya penyebaran COVID-19.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk meningkatkan pemahaman terkait hewan peliharaan memiliki peran dalam menginfeksi manusia terkait penyakit asal Wuhan itu. “Saat ini transmisi dari hewan ke manusia memiliki peluang yang relatif kecil dibanding peluang penularan manusia ke manusia di area publik yang masih tinggi."
"Meski demikian, dengan kasus penularan antarmanusia semakin berkurang, kemungkinan penyebaran lewat hewan menjadi meningkat. Itu sebabnya penting mengetahui sumber potensial COVID-19 untuk dikenalkan kembali kepada masyarakat,” kata peneliti dari Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow Profesor Margaret Hosie.
Wanita yang juga Ketua riset dan penulis dari penelitian itu pun mengatakan masyarakat harus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bahwa ada peluang hewan memiliki andil dalam penyebaran COVID-19. Penelitian itu pun bermitra dengan Layanan Diagnostik Hewan (VDS) dari fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Glasgow.
Kucing pertama yang menjadi sampel penelitian ini adalah anak kucing betina berusia empat bulan dengan ras ragdoll. Dari kucing pertama ini didapatkan fakta pada akhir Maret 2020 pemilik kucing pertama mengalami gejala COVID-19 namun mereka tidak melakukan pemeriksaan.
Kucing pun akhirnya ditemukan mengalami kesulitan bernapas pada April 2020. Sampel pemeriksaan paru menunjukkan kerusakan yang sesuai dengan pneumonia virus dan ada bukti infeksi Sars-CoV-2.
Selanjutnya untuk kucing kedua merupakan kucing betina dewasa berusia enam tahun dengan ras siam, Kucing itu tinggal bersama pemilik yang dipastikan pernah positif COVID-19. Sama seperti kucing pertama, kucing kedua ini pun mengalami gangguan pernafasan namun dengan tingkatan yang ringan dan dapat disembuhkan.
Rupanya dari hasil swab yang dilakukan VDS didapatkan hasil bahwa kucing itu terinfeksi COVID-19. Penelitian yang dilakukan di rentang waktu Maret- Juli 2020 itu berakhir pada kesimpulan adanya dua kasus itu karena frekuensi penularan COVID-19 dari manusia ke hewan cenderung diremehkan, serta pengetesan pada hewan itu terbatas.
*Baca Informasi lain soal BERITA INTERNASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam dan Yudhistira Mahabharata.