Biar Kami Luruskan Kekeliruan Sejarah yang Deddy Corbuzier Pertontonkan di YouTubenya
Deddy Corbuzier (Instagram/@mastercorbuzier)

Bagikan:

JAKARTA - Ki Ageng Rangga Sasana muncul lagi. Deddy Corbuzier, lewat kanal YouTubenya memberi ruang bicara luas pada tokoh Sunda Empire itu. Dulu Rangga dikenal karena istilah 'Heeren Zeventien'. Dalam kesempatan bicaranya paling baru, Rangga mengungkap pandangan soal Amerika Serikat (AS). Perspektifnya tak umum. Mari kita bedah.

Dalam tayangan di YouTube Deddy Rangga membahas peran Banten dalam kemerdekaan AS. Hal-hal itu ia kaitkan dengan asal-usul plat kendaraan A hingga singkatan US yang menurutnya singkatan dari 'Uncle Sam'.

Soal plat kendaraan A. Menurut Rangga, plat tersebut memiliki sejarah. Huruf 'A' katanya berarti Amerika. "Amerika Serikat itu mandatnya dari Sultan Abdul Mafakir dari Banten. Dia mendapat mandat dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk memerdekakan Amerika Serikat," tutur Rangga.

Rangga juga menjelaskan soal singkatan 'US'. US, kata Rangga Sasana bukan kepanjangan dari United States tapi Uncle Sam (Paman Sam). Maksudnya, Uncle Sam adalah singkatan yang dibuat sebagai penghargaan terhadap Sultan Abdul Mafakir alias S, A, M, sosok Raja Banten yang lagi-lagi ia sebut berperan penting memerdekaan AS.

“Kenapa Amerika menggunakan (singkatan) US? Uncle Sam. Sam-nya adalah Sultan Abdul Mafakir. Banten itu. Jadi Amerika itu negeri yang dimerdekakan oleh kita di sini Banten itu. Tanah Banten jadi berjasa di sana. Jadi, setiap kemerdekaan ini harus ada mandat. Enggak bisa orang ujuk-ujuk bikin negara. Enggak bisa,” tambahnya.

Tak usah kita perdebatkan kebenaran dari mulut Rangga. Keliru sudah pasti. Tapi karena Rangga berbicara di sebuah acara yang memiliki penonton setia berjumlah besar, ada pelurusan-pelurusan fakta sejarah yang harus dilakukan. Iya, biar kami yang pertanggungjawabkan langkah Deddy Corbuzier dan tim YouTubenya.

Kemerdekaan AS tak ada hubungannya dengan Banten

Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu menjadi Raja Banten keempat pada periode 1596 hingga 1647. Saat memegang takhta Kesultanan Banten, diketahui Sang Sultan hanya menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga, terutama negara-negara Islam.

Perihal dokumen yang menyebut adanya kerja sama atau peran Banten dalam deklarasi kemerdekaan Amerika tanggal 4 Juli 1776 tak pernah ada. Lagipula jika Kerajaan Banten dalam gambaran Rangga Sasana begitu kuat, boleh jadi Belanda akan sulit menundukkan Banten. Bukti sejarah menunjukkan lain.

Faktanya, Keraton Surasowan justru dapat dibumihanguskan oleh pasukan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) pada 1808. Lebih lagi, Sultan Banten kala itu, Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808) ikut diasingkan.

Berdasar sejarah, perseteruan antara Daendels dan Sultan Banten bermula dari keengganan Banten menuruti dan mengakui tuntutan pemerintah kolonial sebagai penguasa. Akibatnya, Daendels memilih menyerang Banten.

Ia langsung mengerahkan seribu pasukan infanteri beserta empat meriam yang diarahkan ke Keraton. Lantaran itu, Banten akhirnya mengaku kalah kepada Belanda setelah tiga hari peperangan. Kekalahan tersebut kemudian menjadi akhir dari eksistensi Kerajaan Banten.

“Penolakan terhadap tuntutan ini dianggap bukti ketidaksetiaan. Tuntutan berikut dihadapi dengan kekerasan di pihak rakyat Banten, dan dengan demikian suatu pemberontakan pecah, yang seharusnya dapat dihindari. Di sini Daendels, Jenderal Revolusi dengan pedang teracung, seperti ikan dalam air,” tulis Bernard H.M. Vlekke dalam buku Nusantara (1959).

“Tinggi di atas kudanya dan sendirian dia membuka jalan untuk pasukannya menyerang Banten, menerjang melewati kelompok-kelompok pemberontak bersenjata yang, bengong dan gentar, minggir dari hadapan Gubernur Jenderal. Daerah-daerah pantai kesultanan dirampas sebagai wilayah yang diperintah langsung Batavia. Daerah pedalaman bertahan selama beberapa tahun berikutnya sebagai negara bawahan,” lanjut Bernard H.M. Vlekke.

Asal-usul Plat A

Sungguh, AS tidak sama sekali terlibat dalam sistem plat nomor kendaraan di Indonesia. Sistem plat nomor kendaraan di Indonesia adalah warisan dari masa penjajahan Inggris lewat Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1811-1816) di Nusantara pada 1811.

Awal mulanya sistem plat kendaraan dibuat pemerintahan Inggris untuk membagi pasukan dalam 26 batalion atau kesatuan, dimulai dari huruf A sampai Z. Melansir Era.id, Masing-masing kesatuan tentara lalu ditugaskan ke berbagai daerah yang berbeda-beda.

Sebagai penanda, kendaraan yang digunakan pasukan Inggris dipasangi tanda dengan kombinasi huruf pertama sesuai kesatuan.

Tanda itu lalu diikuti beberapa angka, serta ditutup dengan Kode A untuk angkutan tambahan atau C yang menunjukkan angkutan barang.

Contohnya wilayah Banten yang diduduki oleh kesatuan pasukan A, Batavia yang kini adalah Jakarta diduduki kesatuan B, dan seterusnya.

Istilah Uncle Sam sebenarnya

Istilah Uncle Sam yang merujuk pada Sultan Abdul Mafakir ibarat peribahasa: jauh dari panggang api. Melansir Britannica, asal-usul dari julukan Uncle Sam sering kali dikaitkan dengan seorang pedang daging dari Troy, New York, Samuel Wilson.

Kala itu, Wilson dikenal dengan sebutan Uncle Sam. Nama itu semakin populer karena Wilson sering menandai kotak kiriman dagingnya dengan setempel U.S, yang merupakan singkatan dari United States.

Namun, para prajurit justru berkelakar singkatan itu sebagai Uncle Sam’s. Singkat cerita, julukan Uncle Sam kemudian kesohor.

Apalagi, ada surat kabar lokal yang segara memuat kisah dari Wilson. Setelahnya, julukan itu menyebar luas dan diterima sebagai julukan dari AS.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

BERNAS Lainnya