Tak Ada yang Diciptakan Sia-Sia, Termasuk Tahi: Cerita dari Penjara Mulanje di Malawi
Sistem digester biogas di Penjara Mulanje (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Tak ada yang sia-sia di dunia ini. Bahkan tahi. Coba lawan pendapat ini. Namun fakta yang akan kami paparkan akan membuatmu berpikir ulang. Sebuah penjara di Malawi, negara kecil di Afrika Timur memanfaatkan tahi sebagai energi yang menghidupi.

Narapidana bernama Felix Chimombo bangun di pagi buta yang silam. Ia harus menyiapkan makanan untuk narapidana lain. Bersama beberapa rekan, Chimombo bertanggung jawab menyiapkan makanan untuk dua ratus narapidana di Penjara Mulanje, Malawi Selatan.

Tugas Chimombo dan rekan-rekannya amat menantang. Terutama karena penjara hanya menyediakan rata-rata dua meter kubik kayu sebagai bahan bakar dapur. Jauh dari cukup karena proses memasak di dapur bisa berlangsung hingga lima jam.

Suatu hari Penjara Mulanje kedatangan reaktor biogas. Era kayu berakhir. Reaktor memungkinkan mereka mengubah bahan organik jadi energi. Ya, termasuk tahi. Sejak itu mereka sadar telah membuang bahan bakar berharga ke saluran pembuangan selama ini.

Sistem digester biogas di Penjara Mulanje (Sumber: Commons Wikimedia)

Kini kotoran mereka gunakan untuk menghidupkan dapur juga menyelamatkan hutan. Terbuat dari lembaran plastik, reaktor itu memiliki saluran untuk menampung kotoran dan limbah organik lain ke digester. Di dalam digester kotoran dan limbah itu direndam air.

Air menciptakan lingkungan anaerobik, memungkinkan bakteri memecah biomassa jadi metana. Semuanya didorong melalui sistem perpipaan ke kompor gas di dapur penjara. "Sistemnya sangat bersih dan efektif," kata Chimombo, dikutip BBC, Sabtu, 24 April.

"Saat pabrik itu dipasang, kami mengira mungkin ada bau kotoran di dapur. Tetapi gas ini sangat tidak berbau. Inisiatif ini sangat membantu karena kami tidak perlu waktu lama untuk memasak karena memasak menggunakan gas lebih cepat dan efisien."

Bahan bakar hemat

Digester biogas (Sumber: United-purpose.org)

Reaktor ini didatangkan oleh sebuah badan amal, United Purpose. Teknologi itu membantu meningkatkan kondisi narapidana. Sistem ini berhasil mengurangi seringnya penyumbatan pada sistem saluran pembuangan.

Petugas penjara mengatakan semenjak reaktor biogas dipasang, penjara telah mengurangi konsumsi kayu bakar hingga separuh dari jumlah sebelumnya. Sebelum instalasi digester biogas, mereka menghabiskan 60 meter kubik per bulan. Kini hanya 29 meter kubik.

Digester juga membantu mengurangi tagihan listrik di penjara. Penghematannya mencapai rata-rata MWK 310.400. Jika diuangkan mencapai 290 euro atau 400 dolar AS. Di Malawi, secara lebih luas, reaktor biogas jadi jalan mengatasi beberapa masalah lingkungan.

Digester biogas dengan limbah manusia semakin diminati. Kenya, bahkan Indonesia konon tengah menuju ke sana. Digester biogas amat berguna di daerah pedesaan terpencil. Di Malawi, selain mengurangi ketergantungan pada kayu, digester biogas juga berperan terhadap pangan.

Digester biogas menghasilkan produk sampingan berupa bubur. Di penjara, bubur itu dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Hal ini membantu penjara meningkatkan produksi sayuran. Penjara Mulanje berharap pupuk dapat membantu mengurangi tingkat gizi buruk di kalangan narapidana, terutama mereka yang hidup dengan HIV AIDS.

*Baca Informasi lain soal LINGKUNGAN atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian.

BERNAS Lainnya