Strategi Aamir Khan yang Tidak Ambil Penghasilan Filmnya
Aamir Khan dalam Thugs of Hindostan (Yash Raj Films)

Bagikan:

JAKARTA - Aktor Aamir Khan adalah salah satu aktor paling populer di India. Selama berkarier di industri lebih dari 30 tahun, dia sudah membintangi berbagai judul film dan serial televisi telah dilakoninya.

Ia dijuluki sebagai Mr Perfectionist (Tuan Perfeksionis) dan dikenal dengan transformasi aktingnya yang patut diacungi jempol. 

Mulai dari Dangal, PK, sampai 3 Idiots, ketiga film itu mampu membawa nama Aamir Khan sebagai sosok yang populer di internasional. Tiga film di atas adalah sebagian film India yang mampu menarik perhatian penonton.

Namun sebuah kabar menyebutkan bahwa dia tidak mengambil honor untuk film apapun yang dia perankan. Bagaimana bisa?

Thugs of Hindostan

Pada tahun 2018, Aamir Khan membintangi film Thugs of Hindostan. Film ini mengisahkan tentara Inggris yang menguasai beberapa daerah di India pada tahun 1795.

Aamir Khan berperan sebagai preman lokal bernama Firangi Mallah yang ditugaskan untuk menjadi mata-mata kelompok Khudabaksh dan pasukannya.

Disebut sebagai film Bollywood dengan budget termahal, nyatanya ulasan buruk tidak dapat menyelamatkan keuntungan film. Saat perdana dirilis, film ini disambut dengan meriah namun tidak bekerja dengan baik atau disebut flop.

Dari budget 613,6 miliar, film ini hanya mampu meraup 144 crore rupee atau 294, 5 miliar. Di tengah pemberitaan, Aamir Khan menjelaskan bahwa dia sudah tidak menerima honor dari perannya dalam film.

Profit

“Saya berhenti mendapat uang muka. Saya tidak mengambil biaya satu rupee untuk film saya. Jika sebuah film (yang diperankan) berhasil, pertama investasinya akan dikembalikan. Ketika semua orang sudah dibayar dan biayanya berhasil ditutup, saya memperoleh persentase dari keuntungan,” katanya mengutip dari Hindustantimes.

Sebaliknya, jika film dirasa tidak berhasil, Aamir Khan memastikan tidak ada yang dirugikan dari produksi tersebut. "Tidak ada yang harus mengalami kerugian, saya merasa bertanggung jawab untuk itu."

Ketika bergabung dengan sebuah produksi film, Aamir Khan melihat bagaimana prospek sebuah film bisa berkembang.

“Katakan sebuah film memerlukan 100 rupee untuk memproduksinya. Jadi semua biaya termasuk pemain, kru, dan produksi, saya tidak mengambil sepeserpun. Ketika filmnya dirilis, pada titik tersebut saya tidak mendapat uang.”

“Seiring film itu meraih kesuksesan, filmnya akan mendapat keuntungan melalui P&A (prints dan advertising) yang bernilai lebih dari 100 rupee. Jadi investasinya akan terbayar kembali.”

Untuk perolehan tersebut, setidaknya pihak produser mendapat keuntungan dari pengeluaran produksi film.

“Tidak mungkin produser kehilangan uang. Jika filmnya mengalami kerugian, maka saya tidak dibayar. Rupee pertama yang saya dapatkan adalah ketika biaya produksi sudah tertutup,” kata Aamir Khan.

Tentunya strategi yang dilakukan Aamir Khan ini membutuhkan proses dan waktu untuk yang lama. Dia berhasil menempatkan dirinya sebagai aktor paling berpengaruh di India sehingga Khan memahami alur bisnis dalam memasarkan sebuah film.

Dia sendiri juga tidak ragu untuk mengakui jika sebuah film tidak berhasil, seperti Thugs of Hindostan. Ketika mereka tidak mendapat keuntungan, Aamir Khan meminta maaf karena gagal menyajikan film yang dapat dinikmati semua orang.

Berkat percaya dengan brandingnya sebagai aktor, tidak sulit bagi Aamir Khan untuk menerapkan sistem dan menjadi pemilih dengan proyek filmnya.