Meski Harganya Naik Terus, Emas Disebut Bukan Instrumen Investasi
Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Antam Pulo Gadung, Jakarta, Selasa (14/3/2023). (Antara/Aditya Pradana Putra/tom/pri)

Bagikan:

JAKARTA – Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik signifikan belakangan ini. Namun demikian beberapa kalangan emas disebut bukan termasuk instrumen investasi.

Mengutip Antara, harga emas meningkat Rp15.000 per gram menjadi Rp1.179.000 per gram pada Selasa, 5 Maret 2024.

Tiga hari berselang, harga Logam Mulia Antam kembali naik menjadi Rp1.204.000 per gram, sekaligus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa.

Emas sudah menjadi salah satu instrumen investasi favorit sejak dahulu kala, khususnya kaum perempuan. Investasi emas juga menjadi alternatif menarik di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini, karena dianggap sebagai langkah melindungi nilai investasi (hedging).

Emas lebih pas disebut sebagai tabungan, bukan investasi. (Unsplash)

Emas sendiri sudah menjadi alat tukar dan penyimpanan nilai selama ribuan tahun, sejak zaman Romawi dan nabi. Nilainya cenderung stabil dalam jangka panjang, bahkan ketika nilai mata uang lain mengalami fluktuasi.

Emas merupakan salah satu komoditas berharga yang ada di dunia. Saking berharganya, barang yang satu ini pun ikut diperdagangkan di seluruh dunia. Emas menjadi logam mulia yang banyak digandrungi, baik untuk mata uang hingga perhiasan.

Seiring berkembangnya zaman, emas menjadi sebuah aset. Bahkan belakangan banyak muncul perusahaan yang bergeak di bidang jual beli emas dan gencar mengampanyekan investasi emas.

Menjaga Nilai Uang

Mengutip laman Kementerian Keuangan, investasi adalah suatu kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak, dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut.

Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan investasi sebagai penanaman uang atau modal pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Secara umum investasi dapat diartikan sebagai meluangkan atau memanfaatkan waktu, uang atau tenaga demi keuntungan atau manfaat pada masa datang.

Melihat defisini tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap orang yang membeli emas dengan tujuan investasi mengharapkan keuntungan di masa depan dari kepemilikan emas tersebut.

Benarkah Emas akan menghasilkan keuntungan?

Bicara investasi, setiap investasi memiliki jenis keuntungan yang berbeda. Misalnya, investasi deposito dan obligasi menghasilkan bunga, investasi saham menghasilkan dividen dan capital gain, atau investasi properti akan menghasilkan uang sewa.

Emas perhiasan berpotensi merugi lebih besar ketimbang emas logam mulia. (Unsplash)

Tapi sebenarnya saat investasi emas, maka tidak ada yang terjadi dengan emas yang dibeli. Tidak akan terjadi peningkatan kepemilikan emas dengan berlalunya waktu.

Sepanjang sejarahnya, harga emas memang cenderung konsisten mengalami kenaikan secara nominal dari tahun ke tahun. Tapi secara riil harga emas cenderung stabil selama ratusan tahun. Karena itulah menurut situs Kemenkeu, menyebut emas sebagai investasi salah kaprah.

Emas lebih tepat disebut sebagai tabungan karena harganya yang stabil. Tabungan dalam bentuk emas akan memberikan keamanan karena sifatnya dapat melawan inflasi.

Sederhananya, pertambahan nilai emas di masa yang akan datang adalah sama dengan nilai uang saat ini. Nilai emas sejak dulu sampai sekarang tidak berubah, karena yang berubah adalah nilai uang yang semakin rendah.  

Tahan Inflasi

Kendati begitu, menganggap emas sebagai investasi masih lebih baik daripada tidak berinvestasi sama sekali. Hanya saja, masyarakat perlu tahu dalam berinvestasi emas, meski dinilai minim risiko, tetap harus dilakukan secara hati-hati.

Apalagi sampai sekarang masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa emas perhiasan dan emas batangan memiliki keunggulan yang sama. Padahal, emas perhiasan punya risiko merugi lebih besar ketimbang emas batangan.

Pada pertengahan 2023 lalu contohnya, jagad maya dihebohkan dengan aksi sejumlah ibu-ibu yang histeris setelah mengetahui toko emas Berkah di Pemalang tutup permanen karena bangkrut. Padahal, toko emas tersebut dikabarkan sudah berdiri selama 20 tahun dan menjadi salah satu yang paling dipercaya masyarakat setempat. Mereka histeris karena khawatir simpanan emas perhiasan yang dibeli di toko tersebut tidak laku dijual di tempat lain atau merugi karena harga buy back-nya yang murah.

Perencana keuangan Aulia Akbar mengatakan masyarakat perlu mengubah mindset soal investasi emas perhiasan. Aulia menilai sampai sekarang masih banyak yang meyakini bahwa investasi emas bisa dalam bentuk logam mulia atau perhiasan. Padahal menganggap emas perhiasan sebagai investasi tidak terlalu tepat, karena emas perhiasan lebih pas dianggap sebagai aset guna.

Pembeli melihat-lihat emas perhiasan di salah satu toko emas di Kota Banda Aceh. (Antara/Zubaidah)

“Emas perhiasan bukanlah instrumen investasi, misalnya ketika harga emas naik tapi yang punya perhiasan emas belum tentu berpesta, malah bisa jadi harganya turun di bawah pasaran atau harga beli,” kata Aulia.

Mengapa emas perhiasan tidak bisa dijadikan investasi, karena emas yang dibuat sebagai perhiasan membutuhkan jasa pembuatan. Biaya jasa ini dibebankan kepada si pembeli perhiasan dan ketika dijual kembali harga emas akan kembali terpotong lantaran pemilik emas dikenakan biaya melebur emas oleh toko emas.

Karena itulah, Aulia menilai emas lebih cocok disebut sebagai pelindung nilai uang supaya tidak tergerus inflasi.

“Ketika harga kebutuhan pokok terus naik, harga emang memang untuk melawan inflasi sejak zaman dulu,” Aulia menjelaskan.

“Emas untuk melindungi nilai kekayaan di masa yang akan datang, untuk jaga-jaga. Kalau kita tarik mundur harga emas selama 10 tahun ke belakang, rata-rata naiknya tujuh persen dan ini cukup untuk mengimbangi inflasi,” katanya.

Kendati begitu, Aulia mengingatkan bahwa dalam berinvestasi, apa pun bentuknya, seseorang harus mengecek kondisi finansial lebih dulu. Utamanya adalah terpenuhinya dana darurat dan jaminan kesehatan seperti BPJS.