JAKARTA – Harga emas yang terus menanjak membuat emas jadi instrumen investasi favorit. Bagi banyak orang, emas adalah safe haven karena aset ini memiliki nilai yang sejalan dengan inflasi untuk jangka waktu yang lama.
Harga logam mulia Antam memecahkan rekor tertinggi, mencapai 1,567 juta per gram pada 31 Oktober 2024. Meski sempat mengalami penurunan, harga emas di Butik Antam per Kamis (21/11) berada di angka Rp1.508.000. Harga ini naik Rp10.000 dibandingkan sehari sebelumnya.
Anggapan bahwa emas sebagai instrumen investasi sebenarnya masih menjadi pro dan kontra. Bagi sebagian orang, emas layak dijadikan investasi karena harganya yang cenderung selalu naik dari tahun ke tahun.
Tapi sebagian lainnya tidak memasukkan emas sebagai produk investasi, melainkan tabungan. Alih-alih sebagai investasi, emas dianggap sebagai tabungan untuk melawan inflasi.
Namun, terlepas dari anggapan-anggapan tersebut, kenyataannya emas masih menjadi favorit banyak orang untuk investasi. Ini ditunjukkan dari survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) pada akhir 2021. Dengan responden sebanyak 5.204, survei ini menyelisik minat responden terhadap investasi. Hasilnya, emas dipilih oleh sebagian besar, yakni 58,5 persen responden.
Survei lainnya juga menunjukkan hal serupa. Di tahun yang sama, Jakpat menunjukkan emas sebagai instrumen investasi yang paling banyak dimiliki (46 persen), mengungguli reksa dana (32 persen) dan deposito bank (30 persen).
Minim Risiko
Dari survei tersebut terlihat seberapa dominannya emas sebagai instrumen investasi pilihan masyarakat. Selain itu, di era sekarang ini, pasar perdagangan emas digital juga makin besar sehingga memberikan dampak positif karena memudahkan orang untuk ‘menabung’ emas.
Berdasar rangkuman Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), selama Januari 2024 - September 2024, nilai transaksi emas fisik secara digital mencapai Rp41,3 triliun. Peningkatannya mencapai 1.181 persen dibanding periode yang sama tahun 2023, sebesar Rp3,22 triliun.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies Nailul Huda berujar, emas masih menjadi favorit banyak orang karena selain harganya yang cenderung terus meningkat, emas juga minim risiko.
“Emas masih akan menjadi save heaven untuk investasi, terutama untuk investor risk avoidance atau investor yang menghindari risiko,” ucap Huda kepada VOI.
“Harga emas secara tahunan naik cukup pesat. Kenaikan bisa 10-20 persen per tahunnya. Angka yang cukup besar dibandingkan dengan instrumen lainnya seperti saham atau obligasi,” imbuhnya.
Huda menambahkan, semakin hari, orang juga akan memilih investasi emas yang memberikan keamanan mengenai harga. Banyak orang membeli emas sebagai ‘asuransi’ terhadap peristiwa ekonomi yang buruk atau merugikan.
Hal lain yang membuat masyarakat Indonesia masih memiliki emas sebagai instrumen investasi karena tak hanya lebih mudah dicairkan, literasi terkait investasi selain emas masih dianggap rendah, seperti dituturkan peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan.
“Sebenarnya selain emas ada pilihan lain di saham atau surat berharga negara (SBN). Tapi kalau saham ini lagi-lagi kita bicara soal literasi dan sebagian masyarakat itu tidak paham. Kalau SBN itu yield-nya cukup baik, 6-7 persen, cuma tidak bisa dicairkan saat butuh uang,” ujarnya.
Dipengaruhi Hasil Pilpres AS
Sepanjang 2024, kenaikan harga emas mencapai 27 persen. Ini menjadi kenaikan tahunan paling besar sejak 2010. Investasi emas dinilai lebih aman dibandingkan aset berisiko seperti saham dan obligasi.
Melonjaknya harga emas setidaknya setahun ke belakang ini dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya adalah faktor geopolitik yang dipengaruhi oleh situasi politik dan ketegangan di wilayah Timur Tengah dan Eropa yang terjadi, seperti perang Israel dan Hamas yang tak kunjung usai.
Selain itu, tensi politik tinggi di Amerika Serikat (AS) berkaitan dengan pemilihan presiden juga ikut memengaruhi harga emas. Hasil Pilpres AS akan sangat berpengaruh terhadap kondisi politik dan ekonomi global.
Sejumlah pengamat sepakat bahwa siapa pun Presiden AS yang terpilih, akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian global kedepannya, tak terkecuali bagi perkembangan harga emas.
“Namun memang ada tantangan berupa kenaikan sektor industri yang mendorong harga saham. Ketika harga saham naik, biasanya harga emas akan turun atau stagnan,” jelas Huda.
“(Donald) Trump dengan keberpihakannya pada sektor industri dapat menyebabkan penurunan harga emas ketika menang jadi Presiden AS. Tapi itu baru potensi saja,” pungkasnya.
BACA JUGA:
Mengutip CNN, berdasarkan perhitungan cepat The New York Times, Trump meraup 70.700.924 suara popular, sedangkan lawannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, meraup 65.846.569 suara.
Dari suara elektoral, Trump meraih 277 suara dari total 538 suara elektoral, sementara Harris meraup 224 suara elektoral. Dalam sistem pilpres AS, capres yang memenangkan 270 atau lebih suara elektoral keluar sebagai pemenang. Dengan sistem ini, seorang calon presiden bisa menang pilpres meski kalah suara popular (popular vote).