JAKARTA – Suka cita suporter Tim Nasional Indonesia tumpah ketika wasit Rustam Lutfullin meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Kali ini, tim asuhan Shin Tae-yong (STY) meraih kemenangan 2-0 atas Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Selasa (19/11/2024).
Seusai pertandingan, STY mengungkapkan rahasia timnas membungkam Green Falcons lewat sepasang gol Marcelino Ferdinan, yaitu dengan menurunkan formasi lima gelandang. Formasi ini berhasil meredam agresivitas Arab Saudi yang menurut statistik mencatat 76,7 persen penguasaan bola dan melepaskan 23 tembakan.
“Karena lawan, Arab Saudi, high pressing-nya bagus, jadi kita ubah formasi menjadi 3-5-2 dari 3-4-3. Ketiga pemain gelandang berperan sangat baik, bisa dibilang sempurna," kata Shin dalam jumpa pers seusai pertandingan.
"Bukan hanya karena Marselino mencetak dua gol jadi bagus, tetapi (semua gelandang bagus) karena instruksi yang saya kasih diikuti dengan baik di lapangan,” sambung dia.
Kemenangan Perdana di Putaran Ketiga
Kemenangan Garuda di SUGBK bukanlah kemenangan biasa. Ini lebih dari sekadar raihan tiga angka bagi Jay Idzes dan kolega. Ini adalah kemenangan perdana Timnas di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, setelah di lima partai sebelumnya dua kali kalah dan tiga menelan hasil imbang.
Tak hanya itu, ini adalah kemenangan pertama Indonesia atas Arab Saudi dari total 14 kali bertemu sejak 1981.
Yang membuat hasil ini terasa lebih indah adalah, karena empat hari sebelumnya, Tim Merah Putih dibantai Jepang empat gol tanpa balas. Melihat perbedaan peringkat kedua tim, Indonesia 130 dan Jepang 15, rasanya tak mengherankan jika skuad STY kesulitan menundukkan Samura Biru. Apalagi, Jepang merupakan tim langganan Piala Dunia.
Pada laga tengah pekan kemarin Indonesia sebenarnya sempat mampu memberikan tekanan kepada Jepang di awal pertandingan. Namun perbedaan peringkat yang lumayan jauh dengan Samurai Biru, mencapai 115 tingkat, memang terlampau sulit dikejar Garuda.
Karena itulah tak berlebihan jika kita mengapresiasi kemenangan timnas, seperti yang diucapkan Imran Nahumarury, mantan pesepak bola yang kini melatih klub Liga 1, Malut United.
“Selamat atas kemenangan atas timnas, ini kemenangan untuk rakyat Indonesia, meskipun perjalanan ita masih sangat panjang,” kata Imran saat berbincang dengan VOI.
“Tidak ada salahnya rayakan kemenangan, ini kemenangan pertama Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026,” imbuhnya.
Indonesia saat ini menempati peringkat tiga klasemen Grup C dengan mengoleksi enam poin. Garuda juga hanya tertinggal satu poin dari Australia yang duduk di urutan dua. Melihat papan klasemen, publik berharap besar bisa melihat Jay Idzes dan kolega mentas di perhelatan sepak bola terbesar dunia pada 2026.
BACA JUGA:
Harapan itu, kata Imran Nahumarury, pasti ada. Tapi membangun tim kuat yang bisa mentas di Piala Dunia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Selain butuh kerja keras, ada chemistry yang perlu dibangun sebuah tim.
“Membangun tim enggak bisa instan, ada prosesnya. Membangun sebuah tim tidak mudah, bagaimana menyatukan chemistry, bagaimana beradaptasi dengan kondisi tim, taktikal pelatih, meski mereka semua pemain profesional,” jelas pria kelahiran 12 November 1978 ini.
Pelatih dan Pemain Harus Punya Mimpi
Masih ada waktu sekitar empat bulan sebelum Indonesia melanjutkan perjuangan mereka menuju Piala Dunia 2026. Garuda akan menghadapi Australia (tandang) dan Bahrain (kandang) pada Maret tahun depan. Setelah itu, China (kandang) dan Jepang (tandang) menunggu Indonesia di dua laga terakhir Grup C yang diselenggarakan pada Juni.
Imran menuturkan, sejauh ini progres timnas tampak positif.
“Sejauh ini sangat baik, meski prosesnya masih panjang. Peluang (lolos) ada, sekarang tergantung pelatih, pemain harus punya mimpi. Tidak ada yang mustahil dalam sepak bola,” jelasnya.
“Perjalanan masih panjang, tapi bukan berarti mimpi untuk tampil tidak ada. Biarkan mengalir saja, mimpi harus tapi jangan jadi beban. Pelatih dan pemain harus punya mimpi,” ucap Imran lagi.
Di atas kertas, tidak akan mudah bagi Indonesia untuk menyegel tiket putaran final Piala Dunia 2026, mengingat Garuda merupakan tim dengan peringkat paling rendah di Grup C. Tapi seperti pendapat banyak orang, sepak bola bukanlah matematika karena pertandingan ditentukan di setiap 90 menit di lapangan.
"Indonesia punya peluang itu, kita harus optimistis. Di awal banyak pesimistis dengan Indonesia. Tapi sepak bola bukan matematika. Tiap pertandingan pasti berbeda, tentu mereka punya semangat, punya gameplan untuk kalahkan lawan," ujar pria yang pernah membela Persikota Tangerang dan Persija Jakarta menjelaskan
"Sepak bola juga tidak hanya taktik, teknik, fisik, tapi bicara psikologi, kemauan, dan kerja keras," pungkasnya.