Bagikan:

JAKARTA – Nama Ridwan Kamil mendadak bikin heboh masyarakat, terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Eks Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat itu bahkan sampai terlibat perang urat syaraf dengan bendaha Nasional Demokrat (Nasdem) Ahmad Sahroni.

Sebuah billboard berukuran jumbo menampilkan Ridwan Kamil membawa ransel besar di pundaknya. Yang menjadi perhatian, ada tulisan “OTW Jakarta nih”. Billboard tersebut kemudian disebut-sebut sebagai kode Ridwan maju pemilihan gubernur DKI Jakarta pada November mendatang.

Billboard tersebut, yang kemudian dikatkan dengan Pilgub DKI Jakarta, mengundang beragam reaksi warganet. Banyak yang mendukung, namun tak sedikit juga yang meragukan kemampuan pria yang akrab disapa RK ini.

Baliho Ridwan Kamil dengan tulisan OTW ke Jakarta menghebohkan publik. (X)

Di sisi lain, Ahmad Sahroni seperti ikut terpancing dengan baliho Ridwan Kamil. Ia mengunggah tulisan “Dari Tanjung Priok untuk Jakarta” di akun media sosialnya. Publik kemudian menduga ini sebagai balasan atas billboard RK.

Lalu dalam sebuah kesempatan, Sahroni juga berkelakar akan mudah mengalahkan Emil, sapaan Ridwan Kamil, jika keduanya bersaing di Pilkada Jakarta.

“Antara maju dan tidak, sama kaya RK. Kalau RK baru mau maju Jakarta, kalau gua kan sudah di Jakarta, jadi gua anytime gampang gitu. Kalau RK doang mah gampang dah lawannya, terlalu mudah (tertawa) wakilnya ya enggak tau, maju saja belum, ngawur ini," kata Sahroni saat ditemui wartawan di Nasdem Tower.

Iklan Produk

Sadar dengan kegaduhan akibat billboard yang menampilkan dirinya, Ridwan Kamil akhirnya membuat klarifikasi. Melalui akun Instagram pribadi, politisi Golkar itu membantah bahwa baliho dia adalah sinyal maju pilkada pada November nanti.

"Assalamualaikum, halo saya Ridwan Kamil. Di sini saya mau menanggapi tentang ramainya baliho saya ya yang judulnya 'OTW Jakarta' yang sudah membuat banyak persepsi di seluruh Jakarta bahkan Indonesia," kata Kang Emil dalam video klarifikasi yang diunggah pada Kamis (29/2/2024) .

"Terus terang saya bingung juga, kenapa ditafsirkan macam-macam dengan pengertian sendiri, bahkan menafsirkan politik," tambahnya.

Kang Emil melanjutkan, baliho tersebut adalah marketing iklan dirinya sebagai brand ambassador produk skincare khusus pria, R1 by Ridwan Kamil.

"Ini diriset dari bahan-bahan biodiversity Indonesia," ujar Ridwan Kamil, mempromosikan produk tersebut.

Sekali lagi Ridwan Kamil menegaskan, alasan penulisan OTW ke Jakarta pada billboard tersebut karena peluncuran skincare dilakukan di ibu kota. Ia juga membantah pernyataan Sahroni bahwa dirinya ingin maju Pilkada DKI.

Kang Emil mengaku belum memutuskan akan maju di Pilgub Jawa Barat, DKI Jakarta, atau istirahat dari dunia politik.

Gimik Marketing

Sebetulnya, sah-sah saja jika publik beranggapan baliho RK sebagai kode ia maju ke Pilgub DKI. Pasalnya, pria lulusan Institut Teknologi Bandung ini memang disebut-sebut masuk bursa pilkada DKI. Hal yang sama juga dengan Ahmad Sahroni.

Interaksi keduanya, dan para politisi lain, di media sosial dinilai sebagai teknik pemasaran atau gimik marketing. Unggahan-unggahan itu menyedot perhatian banyak orang.

Unggahan Bendahara Umum Nasdem Ahmad Sahroni yang disebut membalas baliho Ridwan Kamil. (Instagram)

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menuturkan, viral menjadi salah satu prasyarat yang tak kalah penting selain program dan nilai-nilai yang ditawarkan. Fenomena ini bukan sesuatu yang baik, tapi sebagai realitas pemasaran politik yang menjadi faktor penentu kemenangan.

”Kita tahu, Ridwan Kamil dan Ahmad Sahroni ini, kan, sangat aktif di media sosial sehingga tak heran jika marketing gimmick jadi salah satu kekuatan mereka. Dari portofolio, mereka masih punya pekerjaan rumah untuk bisa bersaing dengan Anies dan Ahok yang pernah berkiprah langsung di Jakarta,” tuturnya, mengutip Kompas.

Yunarto menambahkan, teknik pemasaran gimik akan menjadi bumbu yang menentukan kemenangan, namun dia memberi peringatan agar cara ini tidak mengaburkan penilaian terhadap substansi sosok, baik dari sisi karakter kepemimpinan maupun program.

”Di era media sosial sekarang, hal itu jadi tantangan tersendiri bisa melakukan pesta demokrasi berdasarkan nilai-nilai yang berguna untuk masyarakat dan daerah tempat mereka. Bukan adu kuat marketing, adu viral yang tak menjamin kualitas pemimpin,” kata Yunarto.