Soal Kemesraan Betrand Onsu pada Ibu Angkatnya, Sarwendah: Kontak Fisik Orang Tua dan Anak Penting, tapi Harus Dibatasi
Kedekatan Sarwendah dan putranya, Betrand Peto Putra Onsu, menuai banyak kritik karena dinilai kelewat mesra. (Instagram/@sarwendah29)

Bagikan:

JAKARTA – Hubungan artis Sarwendah dan putranya, Betrand Peto Putra Onsu, kembali menyita perhatian. Publik menilai kedekatan keduanya tidak wajar.

Tudingan itu muncul lantaran sentuhan fisik yang ditunjukkan Betrand kepada Sarwendah dianggap berlebihan. Dalam video yang viral di media sosial, tampak Betrand mencium pipi bagian bawah ibu angkatnya tersebut.

Ciuman Betrand lantas mengundang beragam reaksi dari warganet. Di satu sisi warganet menilai itu adalah bentuk sayang Betrand terhadap Sarwendah.

Tapi di sisi lain, tidak sedikit pula yang menyebut kedekatan Betrand dan Sarwendah berlebihan serta kelewat mesra, apalagi mengingat ia sekarang sudah berusia 18 tahun.

Sentuhan Fisik Membangun Ikatan Emosional

Kontak fisik antara orang tua dan anak yang menuai kontroversi tidak hanya terjadi pada Sarwendah dan Bertrand. Mantan kapten Tim Nasional Inggris David Beckham juga termasuk yang sering mendapat kritik karena mencium bibir putrinya, Harper Seven Beckham.

Belum lama ini, Beckham mengunggah kebersamaannya dengan Harper saat anak bungsunya mendandani sang ayah. Di akhir momen, terlihat Beckham mendaratkan ciuman di bibir Harper.

“Ikatan yang indah antara ayah dan anak, tapi ciuman di bibir terlihat tidak tepat. Dia gadis remaja, bukan balita lagi,” tulis komentar seorang warganet.

Namun, Beckham memastikan ciuman kepada Harper adalah bentuk sayangnya kepada putri satu-satunya tersebut.

“Saya mendapat kritik untuk mencium putri saya di bibirnya. Saya mencium bibir semua anak saya,” kata eks pemain Manchester United ini, dikutip New Zealand Herald.

Sentuhan fisik antara orang tua dan anak pada dasarnya dianjurkan psikolog karena memiliki banyak pengaruh positif. Hal ini dilakukan untuk membangun ikatan emosional. Salah satunya dengan memeluk anak delapan kali sehari selama 20 detik untuk membantu stimulus anak.

"Sentuhan ini memang sakti banget. Karena ketika ada sentuhan kasih sayang, itu mengeluarkan hormon yang namanya oksitosin," kata psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo.

"Nah, hormon ini antara ibu dan anak itu menunjang rasa nyaman, aman, dan merasa dekat dengan ibu. Ada penelitian juga yang bilang karena dia merasa nyaman, tenang, itu juga membantu untuk menjadi anak yang tangguh gitu. Jadi karena dia merasa terlindungi, dia gampang bangkit lagi," tambahnya.

Lebih lanjut Vera menjelaskan, meningkatkan frekuensi sentugan dengan anak memberi sejumlah dampak positif. Di antaranya berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan kepribadian anak. Contohnya, anak lebih percaya diri, mudah bergaul, dan mandiri.

Perlu Mengajarkan Batasan

Namun, psikolog anak Sani Budiantini menegaskan, orang tua tetap perlu membuat batasan kontak fisik atau sentuhan terhadap anak, supaya anak dapat mengetahui dan membedakan apa saja yang bisa disebut pelecehan seksual. Orang tua harus membekali anak informasi area mana saja yang boleh disentuh atau tidak oleh orang lain.

“Setelah dibekali informasi tersebut, kedekatan fisik dengan orang tua tidak akan menimbulkan masalah karena anak diharapkan bisa membedakan mana sentuhan yang tulus dan tidak,” kata Sani.

“Tetapi orang tua juga tetap diharapkan untuk meminta izin saat ingin memeluk atau mencium anak untuk mengajarkan batasan diri kepada anak,” imbuhnya.

Di sisi lain psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto mengatakan, kontak fisik merupakan salah satu caara untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini juga membantu anak untuk meregulasi emosi dan persepsinya.

Kontak fisik orang tua dan anak dapat membangun ikatan emosional. Namun, sentuhan fisik tetap perlu dibatasi. (Freepik)

Akan tetapi Kasandra menambahkan, seiring bertambahnya usia, kemampuan anak untuk berkomunikasi secara verbal juga akan meningkat. Berbeda ketika masih di usia belia. Sehingga, orang tua juga perlu mengajarkan anak mengenali privasinya. 

“Semakin dewasa, anak mulai mengenali privasi dirinya sendiri dan batasan kontak fisik yang dinilainya nyaman untuk diterima. Alangkah baiknya jika orang tua dapat menghargai kenyamanan anak mengenai batasan kontak fisik,” tutur Kasandra kepada VOI.

Kasandra menuturkan kontak fisik yang harus dibatasi adalah kontak fisik yang tidak membuat anak nyaman. Selain itu, orang tua juga perlu mengajarkan anak untuk bisa berkata tidak pada sentuhan orang lain yang bukan orang tuanya merupakan hal penting agar anak lebih tidak berisiko untuk mengalami pelecehan seksual.

“Namun, tidak hanya kepada orang lain, penolakan anak terhadap kontak fisik yang dilakukan kepada orang tua juga seharusnya dihargai. Untuk itu, batasan kontak fisik kepada anak baiknya juga disesuaikan dengan kenyamanan anak,” jelas psikolog senior ini.

“Tanpa mengenal batasan diri dan privasi, individu itu akan mengalami kesulitan beradaptasi dengan norma sosial di sekelilingnya,” pungkasnya.