Bagikan:

JAKARTA - Tahun Baru Imlek adalah libur terpenting di China. Tahun ini, 2021, Imlek akan dirayakan pada 12 Februari. Dan ini jadi kali kedua China merayakan Imlek di tengah pandemi COVID-19.

Terikat pada kalender lunar China, hari libur ini secara tradisional merupakan waktu untuk menghormati keluarga, dewa, serta leluhur. Waktu liburan ini juga jadi waktu untuk menyatukan keluarga.

Dengan adopsi populer dari kalender Barat pada 1912, orang Tionghoa ikut merayakan 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru. Namun, walau bagaimanapun, China terus merayakan Tahun Baru Imlek yang identik dengan sapaan "Gong Xi Fat Cai".

Biasanya, pada waktu seperti ini, ratusan juta orang China akan memenuhi jalan raya, kereta api, dan pesawat dalam perjalanan pulang, atau yang di Indonesia dikenal dengan istilah mudik. Mereka ingin merayakan hari spesial tersebut bersama keluarga.

Ilustrasi foto (大爷 您/Unsplash)

Tetapi tahun ini migrasi manusia tahunan terbesar di dunia itu telah ditunda. Pemerintah China menyerukan untuk menghindari perjalanan "tak penting" selama periode liburan untuk mencegah kebangkitan kembali COVID-19.

Bagi banyak orang yang meninggalkan kampung halaman untuk mendapat kesempatan kerja yang lebih baik di kota-kota besar, liburan Tahun Baru Imlek adalah satu-satunya kesempatan untuk bertemu keluarga. Para orang tua yang meninggalkan anak-anak di desa atau para anak-anak yang meninggalkan orang tua di desa mungkin harus menelan pil pahit karena tahun ini tidak bisa bertemu.

Melansir CNN, Komisi Kesehatan Nasional China memberlakukan aturan baru yang mengharuskan masyarakat yang selepas mudik untuk memiliki hasil tes COVID-19 negatif yang diambil dalam 7 hari sebelumnya. Mereka juga harus menghabiskan waktu 14 hari dalam "observasi rumah" pada saat kedatangan.

Situasi pandemi di China (Nate Landy/Unsplash)

Bahkan pemerintah daerah telah menambahkan aturan mereka sendiri yang lebih ketat. Misalnya, di beberapa tempat, mereka yang baru sampai kampung halaman perlu menghabiskan waktu dua minggu di hotel karantina yang disetujui pemerintah, alih-alih diawasi di rumah bersama keluarga mereka.

Pembatasan ini memicu kemarahan di media sosial. Beberapa orang memertanyakan kebijakan pemerintah di saat banyak orang berharap untuk pulang.

Imlek Kedua di tengah COVID-19

Ini adalah tahun kedua perayaan Tahun Baru Imlek di China di tengah COVID-19. COVID-19 telah merenggut lebih dari dua juta nyawa di seluruh dunia.

Tahun lalu, stasiun kereta utama Beijing dipenuhi para pelancong sebelum Tahun Baru Imlek. Saat itu pihak berwenang China belum mengumumkan virus corona dapat ditularkan dari orang ke orang.

Mereka juga belum mengakui bahwa virus sudah menyebar di luar Kota Wuhan, pusat penyebaran awal COVID-19 di China. Masih segar ingatan ketika Kota Wuhan harus dikuncitara dua hari menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.

Tetapi jutaan orang telah mudik ke kampung halaman dalam beberapa minggu menjelang liburan, yang mana memercepat penyebaran virus. Setelah liburan, banyak yang terjebak di kampung halaman mereka karena pembatasan perjalanan mencegah mereka kembali ke kota tempat mereka bekerja.

Beijing Railway Station (Iogojackmowo Yao/Unsplash)

Sementara liburan tahun baru kali ini, aula keberangkatan di Stasiun Beijing kosong. Seruan pemerintah agar masyarakat tetap tinggal di kota tempat mereka bekerja ternyata berhasil.

Pada hari pertama dari 40 hari Festival Musim Semi atau 'chunyun' yang jatuh pada 28 Januari tahun ini, Bandara Internasional Beijing mengalami penurunan 86 persen keberangkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di seluruh negeri, penurunan penumpang bandara pada hari pertama chunyun adalah 71 persen dibanding tahun lalu.

Kementerian Perhubungan memerkirakan 1,15 miliar perjalanan akan dilakukan selama 40 hari periode perjalanan Tahun Baru Imlek tahun ini, 61 persen lebih rendah dari tahun 2019 dan 22 persen lebih sedikit dari tahun lalu. Jika prediksi benar, itu akan menjadi jumlah pemudik terendah selama Tahun Baru Imlek sejak 2003.

Propaganda?

Pengetatan pada Tahun Baru Imlek ini sangat kontras dengan hari libur besar terakhir pada Oktober 2020. Saat itu banyak orang memadati transportasi umum dan tempat-tempat wisata di seluruh negeri.

Kemudian, China tidak melaporkan kasus yang ditularkan secara lokal sejak pertengahan Agustus. Baik pemerintah maupun masyarakat yakin dapat mengendalikan virus.

Gambar turis domestik yang berjejal di Tembok Besar China ditampilkan secara mencolok di media pemerintah, sebagai bukti keberhasilan China dalam membendung COVID-19. Kali ini, media pemerintah China meluncurkan kampanye yang sangat berbeda, berterima kasih atas keputusan orang-orang tidak bepergian sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap negara.

Minggu, People's Daily, corong Partai Komunis China yang berkuasa mengunggah apa yang tampak seperti pesan di Weibo. "Setiap orang Tionghoa memiliki kenangan Festival Musim Semi mereka yang istimewa," tertulis.

Ilustrasi foto (Chastagner Thierry/Unsplash)

"Tapi tahun ini, Festival Musim Semi akan berbeda dari sebelumnya. Puluhan ribu orang telah memilih untuk tinggal selama Tahun Baru Imlek. Bertahan bersama adalah akan menghasilkan reuni yang lebih baik di masa depan."

Unggahan itu dibanjiri komentar-komentar amarah. "Jangan berterima kasih kepada mereka. Mereka semua ingin pulang. Dan itu adalah sebuah hak," kata salah seorang warganet. 

"Pemerintah telah menetapkan penghalang yang tak terhitung jumlahnya bagi mereka yang ingin pulang. Mereka merugikan kepentingan para pemudik untuk mencapai hasil yang diinginkan pemerintah. Sangat memalukan bahwa pemerintah merasa bangga dengan ini," kata yang lainnya.

Keesokan paginya, semua komentar kritis telah dihapus. The People's Daily menerbitkan unggahan Weibo lainnya dengan kalimat yang sama, tetapi juga dibanjiri kritik.

"Sebagai media pemerintah, bisakah Anda membungkuk untuk mendengarkan suara rakyat? Apakah propaganda Anda hanya berfungsi untuk menyenangkan para pemimpin? Kita semua tahu kita tidak bisa pulang untuk tahun baru dan merasa sedih karenanya, tetapi Anda terus membuat sensasi dan terus membicarakannya. Siapa yang benar-benar ingin mendengar 'terima kasih' Anda?" kata sebuah komentar, yang kemudian juga dihapus.

BERNAS Lainnya