Waspada Terhadap Parafimosis, Gangguan Penis yang Sering Disebut Sunat Jin
Ilustrasi - Gangguan parafimosis sering menyebabkan rasa nyeri pada penis. (Ai Care)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat Indonesia beberapa kali dihebohkan dengan kabar ‘sunat jin’ yang dialami seorang anak. Ini pernah dialami oleh bocah empat tahun di Pandeglang, Banten.

Seorang bocah yang diketahui bernama Andika Pratama tiba-tiba histeris saat baru bangun dari tidur siang karena alat vitalnya dalam kondisi ‘disunat’ tanpa bantuan siapa pun.

“Waktu itu kan hujan gede, petirnya juga kencang, tiba-tiba anak saya nangis ke ibunya. Pas dilihat alat vitalnya sudah begitu (sudah seperti ‘disunat’)” kata ayah Andika, Ahmad Ajid, menceritakan kejadian yang dialami putranya pada 2021.

Kejadian ini menghebohkan tak hanya menghebohkan seisi rumah Andika, tapi warga sekitar ikut geger. Dan, mereka mengambil kesimpulan sendiri yang jauh dari sifat ilmiah. Warga sekitar beserta orang tua menyimpulkan bahwa bocah tersebut telah ‘disunat jin’.

Parafimosis adalah Kondisi Darurat

Fenomena ‘sunat jin’ ini ternyata cukup sering terjadi. Namun istilah ‘sunat jin’ biasanya digunakan oleh masyarakat yang tidak teredukasi dengan baik mengenai kesehatan. Padahal fenomena seperti yang dimaksud ‘sunat jin’ disebut Parafimosis dalam istilah medis.

Dalam ilmu kedokteran, parafimosis adalah suatu kelainan medis yang terjadi akibat manipulasi preputium penis (kulup penis) yang diretraksi ke arah cranial melewati sulcus coronaries penis dan tidak bisa dikembalikan ke arah caudal.

“Sederhananya, parafimosis adalah kondisi kulup penis yang tertarik ke belakang dan tidak kembali lagi ke posisi normal,” kata Spesialis Bedah Urologi RSUD Dr Soegiri dr. Budi Himawan, SpU dalam sesi Media Briefing secara daring oleh Pengurus Besar Ikatakan Dokter Indonesia (PB IDI).

Akibatnya, penis seolah sudah disunat meski tidak melalui proses sirkumsisi atau sunat. Proses sunat yang tidak terasa inilah kemudian dianggap masyarakat sebagai ulah jin.

dr. Budi Himawan, SpU, Spesialis Bedan Urologi RSUD Dr Soegiri Lamongan & Ketua IDI Cabang Lamongan saat mengisi media briefing secara daring mengenai Fimosis. (Tangkapan Layar)

Dr.Budi mengatakan seseorang yang mengalami parafimosis harus dilakukan tindakan medis supaya tidak berakibat fatal.

“Saat kulup yang tertarik dan tidak kembali ke posisi normal akan menyebabkan aliran darah terbendung. Dan yang paling parah adalah terjadinya kematian jaringan pada kepala penis sehingga terjadi automutilasi,” dr.Budi menjelaskan.

“Parafimosis adalah kondisi emergency atau darurat medis. Apabila kondisinya cukup parah, dokter bisa melakukan prosedur sirkumsisi atau sunat untuk mencegah kondisi ini terulang. Ketika kejadian ini disalahartikan oleh masyarakat, tindakan yang dilakukan salah, bahkan tidak jarang malah dibiarkan karena dianggap sudah disunat,” lanjutnya.

Karena Penis Tidak Bersih

Pada pria dewasa, parafimosis terjadi karena mengalami infeksi akibat kurangnya menjaga kebersihan di area penis, penyakit diabetes, atau cedera yang diakibatkan aktivitas seks secara berlebihan.

Sementara itu, dikutip American Association of Family Physician, parafimosis umumnya terjadi karena kesalahan dalam prosedur medis. Salah satu contohnya saat hendak memasukkan kateter ke lubang di ujung kepala penis. Prosedur ini bisa berujung pada parafimosis apabila petugas medis tidak mengembalikan kulup ke tempat semula secara benar setelah tindakan selesai dilakukan.

“Tapi pada anak-anak kasus parafimosis sering terjadi karena anak suka memainkan penis, menarik-narik penis ke belakang dan kulit penis tidak kembali. Ini kemudian menyebabkan kelainan yang disebut parafimosis, bukan disunat jin,” dr.Budi menjelaskan.  

Sayangnya, istilah parafimosis ini kurang dikenal di masyarakat dengan tingkat edukasi yang rendah, sehingga kasus parafimosis berat sering terjadi. Meski tidak ada angka secara pasti, dr.Budi berujar kasus parafimosis parah di daerah lebih besar ketimbang di kota-kota besar. Selain itu, parafimosis juga lebih sering terjadi pada lingkungan atau wilayah yang tidak mengenal sirkumsisi atau sunat seperti di Bali yang mayoritas beragama Hindu.

Parafimosis dapat disembuhkan salah satunya dengan melakukan sirkumsisi atau sunat. (Freepik)

 “Kejadian parafimosis berbanding lurus dengan daerah atau lingkungan yang tidak akrab dengan sunat,” tandasnya.

Meski demikian, dr.Budi mengatakan parafimosis yang terjadi pada anak-anak tidak akan menyebabkan disfungsi ereksi ketika dewasa nanti. Hanya saja, ada parafimosis yang tidak ditangani secara tepat dapat memengaruhi sisi psikologis, yaitu berkurangnya kepercayaan diri saat berhubungan dengan pasangan.

“Parafimosis tidak memengaruhi ereksi saat dewasa. Tapi jika kasus parafimosis cukup parah mungkin akan mengurangi kepercayaan diri karena secara estetika kurang bagus,” pungkasnya.