Bagikan:

JAKARTA – Potongan video percakapan drifter cantik Revy Vamella mengenai mobil Esemka di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 menjadi perbincangan hangat di media sosial. Revy mengibaratkan mobil Esemka seperti cowok yang menghilang saat dibutuhkan dan hadir saat tidak dibutuhkan.

“Esemka sama doi (cowok), sama-sama gaib tahu gak, kadang ada, kadang enggak ada,” kata Revy menjawab pertanyaan konten kreator Nuke Ayu dalam video yang beredar di Twitter pada 21 Februari 2023.

“Entar kalau butuh enggak ada, giliran enggak dibutuhin nongol,” lanjut percakapan kedua wanita tersebut.

Ucapan Revy yang terkesan menyindir mobil Esemka mendapat banyak hujatan. Tidak hanya di Twitter, para pegiat media sosial juga membanjiri kolom komentar di akun instagram Revy.

Namun, satu hari berselang, pada 22 Februari 2023, Revy mengunggah keseluruhan video tersebut. Ternyata, itu diketahui hanyalah konten promosi produk Esemka.

Guys, ada apa ini rame-rame, nah save video ini dan jangan lupa sebarin ya. Sekarang kita sudah ada di boothnya Esemka nih. Soal Esemka yang gue bilang kemarin itu karena gue jarang ngeliat mobilnya di jalan. Tapi, gue sering lihat beritanya dan sekarang boothnya ada di acara IIMS 2023,” kata Revy.

“Biar mobil ini enggak gaib lagi, mending sekarang kita langsung lihat saja dan langsung kita beli yuk guys,” lanjutnya.

Drifter Revy Vamella membuat konten iklan tentang mobil Esemka. (Twitter)

Praktisi dan Dosen Periklanan UHAMKA, Drs. Hilwan Arif menilai konten iklan yang menggunakan gaya customer testimonial dengan teknik hootsuite melalui platform manajemen media sosial (instagram) sudah lazim saat ini.

Sesuai karakteristiknya, gaya iklan seperti itu memang memiliki jangkauan yang lebih luas karena menitikberatkan pendekatan dari testimoni masyarakat atau pelanggan. Tentunya juga lebih menghemat waktu dan biaya.

“Dimulai dengan berbagi video mashup yang menampilkan pelanggan dalam menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya terhadap suatu produk. Disampaikan melalui visual dan pesan lewat video secara langsung (live vlog),” ucap Hilwan kepada VOI pada 23 Februari 2023.

Ada tiga bagian yang dipisahkan melalui gaya ini, yaitu tujuan atau kebutuhan membangun merek, kecepatan/efisiensi, dan kemampuan pelaporan secara langsung.

“Itu disampaikan secara gamblang, sesuai fakta (jujur) dan objektif, singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Tidak menyinggung pihak lain, tepat sasaran, serta sopan, menarik, dan logis,” kata Hilwan.

Kendati begitu, ada hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan struktur teks atau pesan iklan. Semisal judul, ada baiknya isi melingkupi tentang nama produk dan imbasnya terhadap kehidupan masyarakat.

Percakapan Drifter Revy Vamella dengan teman wanitanya yang menyebut mobil Esemka gaib seperti cowok viral di media sosial. (Twitter)

Lalu, identitas produk. Bagian ini berisi nama produk yang tengah dipromosikan, baik berbentuk barang atau jasa. Sehingga, membuat orang lebih paham dan kenal apa sebenarnya produk tersebut.

Terakhir penjelasan. Deskripsi yang disampaikan biasanya berisi secara lengkap tentang manfaat dari produk tersebut bagi masyarakat atau target konsumen yang diinginkan.

“Cara memperolehnya seperti apa, hingga identitas dimana bisa mendapatkan produk tersebut,” tambah Hilwan.

Copywriting dan Content Creator Siauw Andreas pun menilai Revy sudah memiliki authority sehingga dengan judul biasa saja, konten yang disajikan tetap bisa viral.

“Idealnya memang 3 detik pertama bisa dioptimalkan untuk kasih judul karena itu poin penting. Misal dikasih judul ‘Apa Persamaan Antara Esemka Sama Doi?’ Waktu jelasin fitur mobilnya, mungkin bisa ditambahkan b-roll atau scene tentang mobilnya agar audiens lebih dapat gambaran,” kata Andreas kepada VOI pada 23 Februari 2023.

Polemik Esemka

Sejak awal kemunculannya, mobil Esemka terus menuai polemik. Mengapa mendapat julukan sebagai mobil gaib karena memang mobil itu jarang terlihat di jalanan.

Edi Hermanto, seorang pengusaha emas, melalui akunnya @BangEdiii pada 11 November lalu pernah menantang akun@JulBayur3 yang memposting foto produk teranyar Esemka untuk mengirimkan mobil Esemka ke kantornya.

“Kalau iya ada barangnya, lu anterin kerumah gw 5 unit, gw bayar cash ga pakai angsuran. Dari 10 tahun lalu, Esemka dibangga2 tapi gak jelas contoh barangnya, kayak mana di showroom. Tempat beli mobil itu di showroom bukan ke pabriknya langsung,” cuit Eddy.

Namun, hingga 2x24 jam, produk tersebut tak kunjung datang. Padahal, Edi menjanjikan komisi Rp5 juta per unit.

Selain gaib, banyak orang juga masih meragukan apakah mobil Esemka memang murni sebagai produk hasil karya anak bangsa atau hanya sekadar menjiplak produk-produk mobil dari China.

Mobil listrik Esemka Bima EV dipamerkan di ajang IIMS 2023, Kemayoran, Jakarta Pusat. (Antara/M Risyal Hidayat/tom)

Sebab, sejumlah produk Esemka seperti Rajawali, Esemka Digdaya, dan Garuda 1 mirip dengan Foday, mobil yang diproduksi oleh Guandong Foday Automobile dari China.

Sama halnya dengan produk mobil listrik Esemka Bima EV yang tengah dipamerkan di ajang IIMS 2023 saat ini, juga mirip dengan mobil China Shineray X30LEV. Produk ini pun kabarnya inden hingga 6 bulan.

Presiden Direktur PT Solo Manufaktur, Eddy Wirajaya tak menampik kalau mobil Esemka, khususnya Bima EV mirip dengan Shineray, karena memang ada kerjasama dengan perusahaan asal China tersebut.

“Esemka Bima EV yang dipamerkan merupakan prototype yang didatangkan langsung dari China. Bicara bisnis mitra kerja, kami kan mencari satu calon mitra itu yang bisa membuat kami berkomitmen bersama. Apa pun mitra yang bergabung dengan kami, lokal brand kami adalah bagian kolaborasi," ucapnya.

Bukan Mobil Nasional

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi penjelasan ke publik tentang mobil Esemka. Menteri Perindustrian dan produsen Esemka harus bisa menjabarkan status mobil Esemka apakah sebagai mobil nasional buatan anak bangsa atau bukan.

Ini sangat penting karena berdampak juga ke rencana pemerintah memberikan subsidi pembelian kendaraan listrik.

“Bila mobil Esemka memang produksi dalam negeri maka kita angkat topi. Tapi, kalau mobil Esemka ternyata bukan produksi dalam negeri sebagaimana diberitakan maka secara moral dan politik Jokowi harus bertanggungjawab,” ujarnya.

Jokowi yang kali pertama mengenalkan Esemka sebagai mobil buatan anak-anak SMK di Solo. Jokowi semasa Wali Kota Solo juga sempat menggunakan mobil ini sebagai kendaraan dinasnya, meski hanya beberapa hari karena belum adanya kelengkapan surat-surat.

Kendati begitu, Eddy pada Agustus 2019 sempat menyatakan Esemka bukanlah mobil nasional, melainkan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan atau produksi mobil.

"Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia. Kami produksi mobil di Indonesia dengan menggunakan tenaga dari Indonesia. Kami juga menggunakan komponen dari perusahaan lokal untuk suku cadang. Investasi kami murni Indonesia, tidak ada dari pihak asing dan tanpa ada pak Jokowi, itu clear," ucap Eddy.