JAKARTA – Tak dapat diungkiri bahwa Saul Canelo Alvarez adalah bintang tinju dunia paling bersinar saat ini. Petinju Meksiko itu selalu menjadi perhatian, termasuk menjelang duelnya melawan Dmitry Bivol dalam perebutan gelar kelas berat ringan WBA di T-Mobile Arena, Las Vegas pada Sabtu 7 Mei 2022 atau Minggu pagi di Indonesia.
Di balik kesuksesan Canelo Alvarez yang kini mengukir rekor 57-1-2 (39 KO), ada dua sosok bernama Edi yang memainkan peran besar untuk mendukungnya. Mereka adalah promotor Eddie Hearn dan pelatih Eddy Reynoso.
Eddie adalah pemilik usaha kepromotoran dari Inggris, Matchroom Boxing. Dia punya tanggung jawab mengembalikan reputasi Canelo sebagai petinju paling mahal di muka bumi saat ini. Dia juga harus mampu menutup kerugian DAZN, saluran televisi streaming digital yang mengontrak Canelo.
Bermula dari 2018 saat DAZN menghebohkan panggung tinju dunia dengan menawarkan kontrak bombastis, hampir Rp7 triliun untuk Canelo. Kontrak itu berlaku 5 tahun untuk 11 pertarungan. DAZN memakai Golden Boy Promotions sebagai mitra, karena saat itu perusahaan milik Oscar De La Hoya tersebut adalah promotor Canelo.
Awal kerjasama Canelo, De La Hoya, dan DAZN mulus. Dua duel sepanjang 2019 dilewati, masing-masing dengan kemenangan atas Daniel Jacobs dan Sergey Kovalev. Namun ketika pandemi COVID-19 menerjang, semua rencana berantakan. Canelo tak naik ring sepanjang 11 bulan di 2020.
Sang superstar pun ngambek. Dia menuntut De La Hoya dan DAZN untuk mengganti kerugian. Nilainya bukan main-main, Rp1,4 triliun! Manajemen DAZN pun pusing tujuh keliling. Klausul soal pandemi mungkin tak ada di kontrak kerja mereka, sehingga Canelo enteng menuntut haknya yang terlantar.
Padahal DAZN yang berbasis di London dan didanai biliuner Inggris kelahiran Ukraina, Leonard Blavatnik belum balik modal. DAZN masih merugi hingga 500 juta pound sterling, sekitar Rp10 triliun!
Blavatnik sebagai pemodal mulai ribut. Orang terkaya nomor 4 di Inggris dan 35 di dunia itu mengancam bakal menghentikan suntikan dana. Dia merasa investasinya di tinju pro lewat DAZN adalah percuma.
Awal Kerjasama Eddie-Canelo
Eddie ketika itu sudah mulai ikut urusan DAZN-Canelo meskipun belum full. Dia hanya menjadi co-promotor, untuk menampilkan petinju-petinjunya dalam partai tambahan pertandingan Canelo. Matchroom Boxing saat itu masih terikat kontrak dengan Sky Television untuk menayangkan siaran tinju. Kontrak kerja warisan yang dirintis sejak 2012 oleh ayahnya, Barry Hearn sebagai pendiri Matchroom.
Setelah kontraknya dengan Sky berakhir, mulailah Eddie beraksi. DAZN mengikat kontrak dengannya senilai lebih dari Rp2 triliun, dan harus membawa semua petinju terbaik yang sebelumnya Eddie bawa untuk Sky. Tahun 2020 dia berhasil mementaskan Canelo walaupun hanya sekali, yaitu melawan Callum Smith pada 19 Desember 2020. Selamatlah karier Canelo, sekaligus program DAZN.
November 2020 Canelo memutuskan kontrak dengan Golden Boy, setelah sang petinju mendapatkan lisensi kepromotoran Canelo Promotions. Jadilah sang superstar itu mantab melenggang, bekerjasama dengan Eddie.
“Saya ingin bekerjasama dalam waktu lama dengan Eddie karena dia promotor terbaik saat ini. Dia promotor yang sangat teliti dan detail, serta mau berdiskusi dengan petinjunya. Karena pertimbangan itulah saya bersedia mengikat kontrak untuk dua laga melawan Avni Yildirim dan Dmitry Bivol,” kata Canelo dalam sebuah wawancara dengan TV Azteca, Maret 2021.
Eddy Sang Pelatih
Pembawa acara DAZN, Chris Mannix, melontarkan pertanyaan kepada Saul Canelo Alvarez usai kemenangan TKO ronde 8 atas Billy Joe Saunders di AT&T Stadium, Arlington, Texas, AS pada Sabtu 8 Mei 2021.
“Apa kunci kemenangan atas Saunders?” tanya Mannix.
“Saya punya pelatih terbaik dalam diri Eddy, dan saya hanya menjalankan semua yang dia perintahkan,” jawab Canelo.
Penonton pun bertepuk riuh atas jawaban Canelo, dan sosok yang dia sebut-sebut itu tersenyum sambal menepuk-nepuk kepala sang petinju. Sekali lagi kita akan membahas sosok dengan nama Eddy.
Kalau sebelumnya dibahas soal Eddie Hearn sang promotor, kali kini Eddy Reynoso yang tak lain adalah pelatih Canelo. Edilson “Eddy” Reynoso memang selalu berada di lingkungan tinju. Ayahnya, Jose “Chepo” Reynoso adalah pelatih top dari Guadalajara. Istri Eddy pun putri Efren “Alacran” Torres, mantan petinju legendaris Meksiko.
Chepo adalah penemu dan pembentuk dasar bertinju Canelo, dan Eddy seperti mendapat titah untuk memelihara warisan berharga dari ayahnya tersebut.
Eddy sendiri tak pernah menjadi petinju profesional. Dia hanya coba-coba bertinju secara amatir, tanpa ada prestasi yang bisa dibanggakan. Baginya, menjadi petinju berprestasi hanya berhenti di mimpi.
Eddy pernah mencoba untuk mandiri, pergi dari bayang-bayang sang ayah dengan merintis karier sebagai pelatih di Amerika. Tetapi niatnya kandas, malah dia dua kali dideportasi ke Meksiko. Kepada The Ring, Eddy bercerita kalau dia pernah bekerja sebagai tukang daging di Salinas, California dalam upayanya mencari jati diri saat berusia 19 tahun.
BACA JUGA:
Hampir 7 tahun Eddy berkelana, sampai akhirnya sang ayah menginginkan dia pulang untuk membantu melatih Oscar Larios di tahun 2002. Larios saat itu adalah petinju andalan Chepo Reynoso, karena dia juara kelas bantam super WBC.
“Saya mulai serius menjadi pelatih saat berusia 24 tahun. Saat berusia 12 tahun mimpi saya adalah menjadi juara tinju, namun jalan hidup menentukan saya menjadi pelatih,” kata Eddy kepada The Ring.
Buah Kedisiplinan Canelo
Kedatangan Canelo ke sasana milik ayah Eddy menjadi jalan baginya untuk terkenal. Saat itu Canelo masih berusia 13 tahun di tahun 2003, dan Eddy ditugasi menangani anak bau kencur itu.
Begitu kompak kebersamaan mereka, hingga saat Canelo dinobatkan sebagai petinju terbaik versi Boxing Writers Association of America (BWAA) tahun 2019, Eddy pun dianugerahi predikat pelatih terbaik versi organisasi yang didirikan sejak 1926 itu.
“Melihat Saul sekarang masih sama dengan ketika dia pertama kali datang di umur 13 tahun. Dia selalu merasa kuat dan percaya diri untuk menghadapi siapa pun. Dia mengubah kehidupan saya, seperti saya mengubah kehidupannya. Kami saling melengkapi. Mungkin sudah takdir jika kami menjadi tim yang kuat,” kata Eddy.
“Saul tidak terlalu berbakat, namun dia sangat disiplin dan selalu ingin belajar. Banyak petinju yang lebih berbakat dibandingkan Saul, namun mereka kalah jauh dalam disiplin. Itulah sebabnya mereka gagal,” kata Eddy lagi.
Selama hampir 20 tahun di bawah gemblengan Eddy, Canelo sudah menghadapi lawan dari Meksiko, Amerika, Inggris, Rusia, Kazakstan, Turki, Afrika Selatan, Kolombia, Argentina, Puerto Riko, Republik Dominika, Brasil, dan Kuba.
Jika Saul Canelo Alvarez menang atas Dmitry Bivol akhir pekan ini, kerjasama Eddie Hearn, Eddy Reynoso, dan Canelo masih akan melaju. Canelo pernah menegaskan kalau dia ingin bertinju setidaknya sampai 7 tahun lagi, jadi Eddy masih akan melatihnya. Kontrak Canelo dengan DAZN juga masih menyisakan empat laga, dan Eddie harus menuntaskannya.