Buka Tutup Sekolah Selama Pandemi COVID-19 Tak Masalah, Semua Demi Keselamatan Anak Didik
Penyemprotan disinfektan di ruang kelas sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di sekolah. (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - DKI Jakarta mulai Jumat 4 Februari 2022, akhirnya menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 50 persen. Akan tetapi kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana mengungkapkan pelaksanaannya hanya dibatasi selama empat jam setiap hari.

“Ini merupakan langkah untuk meminimalkan kegiatan PTM dan mengikuti seluruh instruksi dari pemerintah pusat dan Satgas COVID-19,” ujar Nahdiana dalam siaran persnya kepada wartawan,Jumat 4 Februari 2022.

Di samping berkoordinasi dengan Satgas COVID-19, Disdik DKI Jakarta juga menjalankan active case finding (ACF) bekerja sama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Hal ini dilakukan agar dapat memantau secara ketat PTM terbatas melalui swab PCR terhadap warga sekolah.

Pembelajaran tatap muka dengan pembatasan selama pandemi COVID-19. (Foto: Antara)

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menawarkan usulan kepada Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan agar menghentikan PTM Jakarta selama satu bulan ke depan.

Pembelajaran tatap muka (PTM), meski terbatas, dianggap menjadi solusi terbaik bagi pemulihan pembelajaran,khususnya bagi siswa yang mengalami kesulitan sistem pembelajaran melalui daring dan juga bagi siswa yang belum mempunyai kemandirian belajar. Namun di tengah kasus COVID-19 yang terus meningkat saat ini, termasuk akibat virus varian Omicron, penutupan sekolah lagi tak terhindarkan.

Pembelajaran jarak jauh menjadi pilihan untuk menjaga keberlanjutan pendidikan. Memang pembelajaran jarak jauh selama sekitar dua tahun ini tidak efektif karena berbagai kendala sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan, mulai dari kerugian pembelajaran (learning loss) hingga dampak psikososial bagi anak-anak. Orangtua juga perlu mendapat dukungan,karena tidak semua orangtua siap anak-anak mereka belajar di rumah.

Sejumlah penelitian selama ini, pembukaan sekolah di tengah-tengah kasus COVID-19 yang tinggi di masyarakat akan memicu munculnya kasus, bahkan klaster COVID-19 di sekolah. Jika sudah demikian, dampaknya akan semakin mempercepat penularan kasus COVID-19 di masyarakat.

Pembelajaran jarak jauh secara daring di masa pandemi COVID-19. (Foto: Antara)

Demikian siklus terus berputar. Dengan kondisi tersebut, ditambah munculnya virus varian-varian baru seperti saat ini, perlu dicari cara lain untuk memulihkan pembelajaran, dengan tetap mengutamakan keselamatan siswa.

Pemerintah memperkirakan puncak Omicron terjadi pada akhir Februari 2022 dengan prediksi lonjakkan hingga tiga kali puncak varian Delta (Kemenkes,31 Januari 2022). Prediksi ini menjadi peringatan bagi pemangku kepentingan pendidikan untuk melakukan langkah antisipasi yang lebih bijaksana untuk pembelajaran yang aman bagi siswa .

Ke depan, buka tutup sekolah menjadi hal biasa selama pandemi ini belum teratasi. Prosedur dan mekanisme pembukaan ataupun penutupan sekolah karena kasus COVID-19 perlu dibuat lebih fleksibel dengan mempertimbangkan kasus COVID-19 di masyarakat. Keamanan dan keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama.