PM Modi Mengatakan Dunia Salah Menilai India dalam Menangani COVID-19, Bagaimana Faktanya?
PM India Narendra Modi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Tak sedikit pemberitaan buruk terhadap penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan India. Namun, Perdana Menteri India, Narendra Modi berkilah bahwa kenyataannya tak seburuk itu. Lantas bagaimana faktanya?

"Cara orang India datang bersama-sama untuk memerangi virus corona dalam beberapa bulan terakhir, kami telah membuktikan bahwa dunia salah," kata PM Modi, dalam pidatonya yang dikutip CNN.

Menurut catatan Universitas Johns Hopkin, India memiliki jumlah kasus virus corona tertinggi ketiga di dunia, dengan lebih dari 1,3 juta kasus COVID-19 dan 32.060 di antaranya meninggal dunia. Sementara pada Minggu 26 Juli negara tersebut mencatat 48.661 kasus baru dalam sehari. 

Situasi yang paling parah terjadi di Delhi, kota metropolitan di negara tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Nasional India menunjukkan bahwa hampir satu dari empat penduduk Delhi telah tertular virus tersebut.

Pembelaan Modi

Meski kasusnya tertinggi di dunia, PM Modi mengklaim tingkat pemulihan COVID-19 lebih baik di India daripada di negara lain, dengan sekitar 918 ribu orang berhasil pulih. Namun tetap, Modi memperingatkan bahwa ancaman penyakit tersebut tetap nyata.

"Kita harus tetap waspada. Kita harus ingat bahwa virus corona masih sama berbahayanya seperti kemunculannya di awal," tambahnya.

Sementara itu, pada 12 Juni, Mahkamah Agung India menerbitkan laporan tentang penanganan COVID-19 pemerintah negara bagian Delhi dan perlakuannya terhadap orang meninggal. Hasilnya, Pemerintah India saat itu dengan sigap meningkatkan pengetesan di Delhi dan menambahkan tempat tidur rumah sakit. Bahkan PM Modi memutuskan untuk mengubah sebanyak 20.000 gerbong kereta tua menjadi ruang isolasi.

Bukan cuma itu, jika ditarik mundur pada 25 Maret, Pemerintah India buru-buru menerapkan kebijakan kuncitara saat jumlah kasus baru ada 519 kasus dan 10 kematian. Meskipun demikian, kebijakan tersebut juga tak luput dari masalah. 

Tetap bermasalah

Masalah terberat dari kebijakan kuncitara yakni menyangkut ekonomi. Ribuan pekerja informal kehilangan pekerjaannya. Akibatnya tak sedikit di antara mereka yang kesulitan mendapat makanan. 

Selain itu banyak juga orang yang memutuskan kembali ke kampung halamannya dengan perjalanan panjang. Hal itu justru meningkatkan penularan yang lebih luas.

Soal lain ketika pembatasan kegiatan sedikit dilonggarkan pada 30 Mei. Saat itu India memiliki lebih dari 180.000 kasus dan terus meningkat. 

Di antara mereka yang turut tertular adalah menteri utama negara bagian tengah India, Madhya Pradesh, Shivraj Singh Chouhan. Ia mengaku telah dites positif mengidap virus itu pada Sabtu 25 Juli.

"Saudara sebangsa, saya memiliki gejala COVID-19 dan setelah tes, saya dinyatakan positif COVID-19. Saya mengikuti semua pedoman dan akan mengarantina diri saya sendiri berdasarkan saran dokter," kata Chouhan.

Dia juga mengimbau kolega dan individu untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari infeksi dan mendesak mereka yang melakukan kontak dengannya untuk dites.