JAKARTA - Dua warga India, salah satunya pasien COVID-19 dengan orangtua juga mengidap infeksi yang sama, mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi New Delhi, Rabu 5 Mei, terkait tetap berlangsungnya proyek renovasi Komplek Gedung Parlemen India.
Para pemohon berpendapat gedung parlemen bukan merupakan layanan penting dan pekerjaan konstruksi bahkan bisa menjadi klaster penyebar COVID-19, menurut petisi cuti khusus yang diajukan oleh pengacara Nitin Saluja.
Pengadilan Tinggi menawarkan untuk menyidangkan kasus tersebut akhir bulan ini, tetapi para pemohon membawa masalah tersebut ke Mahkamah Agung, dengan alasan pengadilan yang lebih rendah telah gagal untuk menghargai beratnya dari situasi tsunami COVID-19 di India.
“Karena ada masalah kesehatan masyarakat dalam hal ini, penundaan apapun bisa merugikan kepentingan publik yang lebih besar,” tulis Saluja kepada Mahkamah Agung, seperti melansir CNN, Jumat 7 Mei. Saluja mengatakan kasus tersebut kemungkinan besar akan disidangkan pada Hari Jumat ini.
Gugatan ini berangkat dari keputusan Pemerintahan PM Narendra Modi, untuk melanjutkan proyek renovasi parlemen, termasuk rumah baru bagi pemimpin negara senilai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai yang besar, terlebih India tengah menghadapi krisis COVID-19, di mana vaksin kurang, rumah sakit tidak bisa lagi menampung pasien, oksigen kurang hingga ambulans pun tidak lagi tersedia untuk semua pasien.
Renovasi mahal, yang dikenal sebagai Central Vista Redevelopment Project, telah dikategorikan sebagai layanan esensial, yang berarti konstruksi diizinkan untuk dilanjutkan bahkan ketika sebagian besar proyek bangunan lainnya telah dihentikan.
Padahal, gelombang tsunami COVID-19 di India terus meminta korban jiwa. Hingga Kamis kemarin, India mencatat total 21.485.285 kasus infeksi dengan 234.071 kematin akibat COVID-19, berdasar data Worldometers.
Sebelum gelombang kedua COVID-19, proyek Central Vista telah memicu kontroversi. Para kritikus mengatakan pembangunan kembali akan mengorbankan sejarah dan warisan. Sementara, para pendukung renovasi seluas kompleks bangunan seluas 35 hektar tersebut mengatakan, renovasi diperlukan karena bangunan berusia 100 tahun saat ini tidak sesuai untuk tujuan.
"Peluncuran pembangunan Gedung Parlemen India, dengan gagasan ke-India-an oleh orang India, adalah salah satu tonggak terpenting dari tradisi demokrasi kita. Kami rakyat India akan membangun gedung Parlemen baru ini bersama-sama," kata Perdana Menteri Narendra Modi pada Bulan Desember saat peletakan batu fondasi bangunan itu.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, secara keseluruhan proyek yang ditargetkan selesai pada tahun 2026 mendatang meliputi perluasan gedung parlemen, pembangunan gedung parlemen baru dan kediaman perdana menteri. Proyek ini diperkirakan akan menyerap 46.700 tenaga kerja.
Meski demikian, proyek ini tetap mendapat kecamanan dari oposisi dan masyarakat, karena tetap dilanjutkan di tengah krisis pandemi COVID-19 yang kian parah di India.
"Ego (perdana menteri) lebih besar dari kehidupan masyarakat," cuit tokoh oposisi parlemen Rahul Gandhi di media sosial Twitter.