Bagikan:

JAKARTA - Pembakaran bendera Turki dalam aksi unjuk rasa menolak perubahan Hagia Sophia menjadi masjid di Thessaloniki, Yunani menuai kecaman. Para pengunjuk rasa dinilai melakukan pelecehan terhadap simbol negara.

Kementerian Pertahanan Turki menyampaikan protes terbuka. "Kami mengutuk keras dan mengutuk pembakaran bendera Turki di Thessaloniki, Yunani," katanya, dikutip Yenisafak, Senin, 27 Juli.

"Kami memeringatkan bahwa provokasi dan pelecehan semacam itu dan yang sejenisnya agar segera dihentikan. Tangan kotor yang membakar bendera kita yang mulia akan hancur," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan lewat akun Twitter resmi.

Meski begitu, pemerintah Yunani sebagai otoritas setempat turut mengutuk pelecehan terhadap bendera Turki. Mereka mengancam akan menindak tegas para pelaku pembakaran.

"Kami dengan tegas mengutuk tindakan apa pun yang menodai simbol nasional negara mana pun, dalam hal ini Turki,” ditulis Middleeastmonitor.com.

Menurut informasi, para pelaku pembakaran bendera Turki pada Jumat, 24 Juli adalah kelompok ekstremis Yunani sayap kanan. Protes itu terjadi menyusul salat Jumat pertama di Hagia Sophia dalam 86 tahun terakhir.

Berdasar sejarah, Hagia Sophia merupakan tempat ibadah penting bagi umat Kristen Ortodoks selama berabad-abad, sampai Istanbul --yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel-- jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tahun 1453.

Sejak itu, Hagia Sophia dibangun menjadi masjid. Lalu, setelah hadirnya Republik Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk, status Hagia Spohia diubah menjadi museum pada tahun 1934.