Salat Jumat Pertama di 'Masjid' Hagia Sophia
Hagia Sophia (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Museum bersejarah di Istanbul, Turki yang kini telah diubah kembali menjadi masjid, Hagia Sophia, menggelar salat Jumat untuk pertama kalinya. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ikut bergabung dengan para jamaah pada tengah hari waktu setempat.

"Muslim sangat senang. Semua orang ingin hadir pada pembukaan," kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya, dikutip BBC, Jumat, 24 Juli.

Seribuan orang diizinkan masuk melalui pos pemeriksaan keamanan. Sementara yang lain menggelar sajadah di luar.

Kegembiraan diharapkan akan muncul ketika banyak orang menuju Hagia Sophia. Namun ternyata tidak semua senang. Perubahan tersebut terjadi setelah Hagia Sophia berdiri sebagai museum selama 86 tahun.

Keputusan itu, yang melibatkan salah satu situs paling penting di Istanbul dan situs warisan dunia UNESCO, telah dikritik oleh para tokoh agama dan politik internasional. UNESCO sendiri telah menyatakan keprihatinan. Namun, keputusan Erdogan tak berubah. 

Erdogan memerintahkan konversi bangunan abad keenam tersebut kembali ke masjid pada awal Juli lalu. Hal tersebut terjadi setelah pengadilan membatalkan dekrit presiden 1934 yang menjadikannya museum.

Pemerintah Turki telah mencoba meyakinkan bahwa karya seni dan lukisan dinding bernuansa Kristen tidak akan disentuh. Mereka menggunakan teknologi untuk menyembunyikan lukisan tersebut selama salat Jumat berlangsung.

Hagia Sophia adalah katedral Kristen pertama Kekaisaran Romawi dan salah satu struktur Bizantium yang paling terkenal di dunia. Hagia Sophia lalu beralih dari katedral menjadi masjid pada 1453, ketika Ottoman menaklukkan Konstantinopel dan berganti nama menjadi Istanbul.

Situs bersejarah itu kemudian menjadi museum pada 1935 sebagai bagian dari sebuah dekrit oleh pendiri sekularis Turki modern Mustafa Kemal Ataturk. Erdogan telah memposisikan dirinya sebagai teman bagi Islam konservatif di Turki, memindahkan negara lebih jauh dari akar sekularis itu.

UNESCO mengatakan awal bulan ini bahwa mereka "sangat menyesalkan" keputusan Turki dan pilihan itu dibuat tanpa mereka menerima pemberitahuan sebelumnya. Sementara Paus Frnasiskus mengatakan dia "sangat sedih" dengan perubahan gedung itu. Sementara itu Menteri Kebudayaan Yunani mengecam langkah itu sebagai "provokasi terbuka bagi seluruh dunia yang beradab."

Saat mengumumkan pengubahan kembali Hagia Sophia, Erdogan berpidato yang disiarkan di televisi pada 10 Juli. Ia mendesak agar keputusannya dihormati dan mengatakan tidak akan ada lagi biaya masuk karena statusnya sebagai museum telah berubah.

"Seperti semua masjid kami, pintunya akan terbuka untuk semua orang, Muslim atau non-Muslim. Sebagai warisan bersama dunia, Hagia Sophia dengan status barunya akan terus merangkul semua orang dengan cara yang lebih tulus," katanya.

"Kami akan memperlakukan setiap pendapat yang disuarakan di panggung internasional dengan hormat. Tetapi cara Hagia Sophia akan digunakan berada di bawah hak-hak kedaulatan Turki. Kami menganggap setiap langkah yang melampaui menyuarakan pendapat merupakan pelanggaran kedaulatan kami," ujar Erdogan.