Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan kunjungan pertamanya ke Hagia Sophia sejak statusnya ditetapkan kembali menjadi masjid. Dalam kunjungan mendadak itu Erdogan mencatat sejumlah perubahan terkait perubahan status Hagia Sophia.

Salah satu perubahan yang dicatat adalah mengenai persiapan otoritas agama di Turki, Diyanet ikon-ikon agam Kristen selama waktu salat. Diyanet menyatakan penutupan simbol agama Kristen hanya akan dilakukan selama ibada salat dan akan kembali memunculkannya di luar waktu salat.

"Tujuan kami adalah untuk tidak merusak lukisan dinding, ikon dan arsitektur bersejarah dari bangunan itu," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, dikutip CNA.

Erdogan juga menjamin Hagia Sophia akan tetap dibuka untuk semua pengunjung, baik itu warga lokal, pelancong luar negeri tanpa melihat status agamanya. Meski berkunjung, Erdogan belum memastikan apakah ia akan jadi salah satu di antara lima ratus jemaah salat Jumat pertama pada 24 Juli mendatang.

Erdogan sendiri telah menggagas perubahan status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid sejak tahun lalu. Erdogan berpendapat, menjadikan Hagia Sophia sebagai museum adalah kesalahan besar.

Pengadilan Tinggi Turki mengamini langkah Erdogan mencabut status museum Hagia Sophia dan mengubahnya menjadi masjid. Namun, perubahan status turut memunculkan kemarahan dari banyak pihak, termasuk pemimpin besar umat Katolik dan pemimpin Gereja Kristen Ortodoks seluruh dunia.

Berdasarkan sejarah, Hagia Sophia merupakan tempat ibadah penting bagi umat Kristen Ortodoks selama berabad-abad, hingga Istanbul --yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel-- jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tahun 1453. Sejak itu, Hagia Sophia dibangun menjadi masjid.

Lalu, setelah hadirnya Republik Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk, status Hagia Sophia diubah menjadi museum pada tahun 1934. Status itu bertahan hingga hari di mana Erdogan mengumumkan keputusan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid.