JAKARTA - Lima ratus kasus COVID-19 baru dilaporkan berasal dari salat Jumat perdana yang dihadiri 350 orang di Hagia Sophia, Turki, 24 Juli lalu. Mereka yang positif termasuk jurnalis dan anggota parlemen.
Seorang dokter --tak disebut namanya-- yang diwawancarai Arab News mengatakan, minimnya jarak sosial dan banyaknya jemaah yang tak menggunakan masker jadi penyebab. "Itu (diketahui) karena mereka menjalani pemeriksaan rutin setiap tiga hari untuk memastikan mereka sehat," katanya, dikutip Jumat, 14 Agustus.
Di Turki, penambahan kasus baru terus terjadi. Bahkan, terjadi lebih dari seribu lonjakan kasus setelah Iduladha lalu. "Jika warga biasa juga mendapatkan tes serupa, angka kasus sebenarnya akan lebih tinggi."
"Jika keadaan terus seperti ini, tidak akan ada orang di rumah sakit yang tidak terinfeksi ... Bahkan mungkin ada kekurangan tenaga medis yang mengundurkan diri dari pekerjaan atau menjadi sakit."
Salat Jumat pertama di Hagia Sophia adalah euforia besar. Begitu banyak tokoh penting hadir dalam momen itu, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
BACA JUGA:
Hagia Sophia kala itu baru saja ditetapkan kembali statusnya menjadi masjid, setelah sebelumnya sempat menjadi museum. Sebelumnya, Hagia Sophia juga pernah menjadi tempat ibadah penting bagi umat Kristen Ortodoks selama berabad-abad.
Hal itu terus berlangsung hingga Istanbul --yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel-- jatuh ke tangan Turki Ottoman pada tahun 1453. Sejak itu, Hagia Sophia dibangun menjadi masjid.
Lalu, setelah hadirnya Republik Turki di bawah Mustafa Kemal Ataturk, status Hagia Sophia diubah menjadi museum pada tahun 1934. Status itu bertahan hingga hari di mana Erdogan mengumumkan keputusan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid.
Belum ada komentar resmi dari pemerintah Turki mengenai kluster baru ini. Hingga hari ini, Turki telah mencatat 243.180 kasus infeksi COVID-19, dengan total kematian berjumlah 5.873 orang.