Teori Ilmuwan tentang Kenapa Pulau Giglio di Italia Kebal COVID-19
Pulau Giglio (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Paola Muti, seorang peneliti kanker telah bersiap akan adanya penyebaran COVID-19 di Pulau Giglio, Italia. Tetapi, hari-hari berlalu. Dari delapan ratus penduduk pulau tersebut, tidak ada satu pun yang menunjukkan gejala COVID-19. Padahal, di negara lain, penyakit ini menyebar seperti api yang tersiram bensin.

Dokter Armando Schiaffino yang telah 40 tahun menjadi satu-satunya dokter di pulau itu juga menyatakan kekhawatiran jika suatu waktu Pulau Giglio diserang wabah lokal. Kekhawatirannya beralasan. Menurut pengalaman, penyakit begitu mudah menyebar di Pulau Giglio.

"Setiap kali penyakit anak-anak yang biasa, seperti demam berdarah, campak atau cacar air, dalam beberapa hari praktis semua warga bisa terinfeksi," kata Schiaffino, dilansir Independent.co.uk, Senin, 27 Juli.

Kejanggalan yang Muti dapati di Pulau Giglio ia sadari ketika terperangkap selama Italia memberlakukan kuncitara. Muti kebingungan, bagaimana mungkin para penduduk tak terpapar COVID-19, padahal mereka melakukan kontak dengan para pengunjung pulau yang kemungkinan besar sudah terjangkit COVID-19.

Teori

Masyarakat Pulau Giglio diketahui tinggal di area curam dekat pelabuhan atau di tangga granit yang berfungsi sebagai jalan sempit di lingkungan kastil yang berada di puncak bukit. Perumahan padat dibangun di tengah sisa-sisa benteng, berabad-abad lalu dibangun untuk melindungi diri dari bajak laut.

Muti yang telah lama meneliti kanker payudara di Universitas Milan mencari sejumlah kemungkinan. Pertama, mungkinkah penduduk Pulau Giglio terinfeksi namun tak menunjukkan gejala? Atau ada keistimewaan genetik yang dimiliki penduduk pulau? Atau bahkan ini sekadar keberuntungan?

“Dokter Schiaffino mendatangi saya dan memberi tahu saya, 'Hei, lihat, Paola, ini luar biasa. Selama pandemi ini, dengan semua kasus yang datang ke pulau ini, tidak ada yang sakit.' Jadi saya berkata pada diri saya sendiri, 'benar, di sini kita bisa melakukan penelitian, bukan? Saya ada di sini,'" Muti.

Muti sendiri belum mendapat kesimpulan yang tepat tentang kenapa virus tampaknya "tak berinteraksi" dengan penduduk asli Pulau Giglio. Namun, ada beberapa teori yang ia ungkapkan.

Banyaknya perkawinan silang di Pulau Giglio membuka peluang tentang keistimewaan genetik yang dimiliki para penduduk asli, sebagaimana yang Muti perkirakan. Teori lainnya, kondisi geografis Pulau Giglio yang berada di perairan murni di cagar alam laut regional membuat para penduduk pulau hidup di lingkungan alami. Kondisi itu berdampak pada kualitas kesehatan mereka yang baik.

Muti saat ini tengah bersiap meninggalkan pulau tersebut dan menulis studi untuk publikasi akhirnya. Ia bertekad untuk kembali ke Pulau Giglio untuk melakukan penelitian mendalam, termasuk melakukan studi genetik jika memiliki sumber pendanaan.

Beberapa kasus bawaan

Bukannya tak pernah ada kasus COVID-19 di Pulau Giglio. Kasus pertama diketahui terjadi pada seorang pria 60-an tahun. Ia bukan penduduk asli. Pria itu datang ke Pulau Giglio pada 18 Februari, beberapa hari sebelum "kasus asli" pertama muncul di Italia.

Pria itu datang ke Pulau Giglio untuk menghadiri pemakaman kerabat. Pria yang mengalami batuk-batuk selama kunjungan itu kemudian keluar pulau dengan kapal feri di hari yang sama dan meninggal tiga minggu kemudian di rumah sakit.

Pada 5 Maret, empat hari sebelum kuncitara skala nasional di Italia diumumkan, tiga pengunjung datang ke Pulau Giglio dan dinyatakan positif COVID-19. Salah satunya adalah seorang pria asal Jerman yang berangkat dari Italia bagian utara, pusat awal wabah COVID-19 di Eropa.

Pria tersebut bersosialisasi selama beberapa hari dengan teman-temannya di Pulau Giglio, termasuk di tempat makan umum. Setelah satu minggu, karena batuk yang parah, ia dites dan hasilnya positif COVID-19. Ia lalu mengisolasi diri di sebuah rumah di Pulau Giglio.

Ada beberapa kasus lain yang diketahui, termasuk seorang penduduk Pulau Giglio yang telah tinggal di Australia selama dua tahun. Ia kembali ke Giglio pada pertengahan Maret untuk menjenguk orang tuanya.

Tiga hari setelah tiba di Pulau Giglio, ia mengalami demam dan dinyatakan positif COVID-19. Dia lalu mengisolasi diri di rumah orang tuanya.

Setelah itu, tidak ada kasus lain muncul di Pulau Giglio, termasuk sejak kuncitara di Italia dicabut pada awal Juni. Meski berbagai wisatawan dari seluruh Italia telah kembali mengunjungi Pulau Giglio, mereka masih belum menghadapi kasus baru COVID-19.

Meskipun Pulau Giglio memiliki kasus COVID-19 yang dapat dihitung dengan jari, otoritas kesehatan tetap bersiaga. Pada akhir April, tepat sebelum pembatasan perjalanan dilonggarkan, penduduk pulau tersebut melakukan tes COVID-19.

Dari semua penduduk pulau yang dites, hanya satu yang positif COVID-19. Ia adalah seorang lelaki yang sebelumnya berlayar dengan feri bersama seorang pengunjung dari Jerman.