Unggahan Trump yang Mengaku Kebal COVID-19 Ditegur Twitter tapi Masih Dibiarkan Facebook
Donald Trump (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pasca pulih dari COVID-19 Presiden Amerika Serikat (AS) malah semakin jemawa. Lewat akun Twitter dan Facebooknya, Trump mengaku kebal dari penyakit yang telah menewaskan jutaan penduduk Bumi tersebut. Ocehannya itu lantas mendapat peringatan dari pihak Twitter. Sementara Facebook masih membiarkannya.

Trump mengatakan dirinya telah pulih sepenuhnya dari COVID-19 setelah mendapat keterangan lengkap dari Dokter Gedung Putih kemarin. "Itu artinya saya tidak bisa terkena lagi (kebal) dan tidak bisa menularkannya. Senang sekali mengetahuinya!!!" twit Trump.

Klaimnya yang kontroversial itu lantas diberi label peringatan oleh Twitter. "Tweet ini melanggar Peraturan Twitter tentang penyebaran informasi yang menyesatkan dan berpotensi berbahaya terkait COVID-19," tertulis pada label di twit Trump. 

Lebih lanjut, juru bicara Twitter menjelaskan bahwa Trump telah membuat klaim yang menyesatkan. "Kami menempatkan pemberitahuan kepentingan publik pada (Presiden Trump) karena melanggar Kebijakan Informasi Menyesatkan COVID-19 dengan membuat klaim kesehatan yang menyesatkan tentang COVID-19," kata juru bicara Twitter.

Trump juga mengunggah pesan yang sama di akun Facebooknya. Namun platform tersebut belum menambahkan label peringatan meskipun faktanya itu melanggar aturannya. Pernyataan yang diunggah 13 jam lalu itu kini telah dibagikan sebanyak 35 ribu kali. 

A total and complete sign off from White House Doctors yesterday. That means I can’t get it (immune), and can’t give it. Very nice to know!!!

Dikirim oleh Donald J. Trump pada Minggu, 11 Oktober 2020

Jason Shepherd, seorang ilmuwan yang penelitiannya didanai oleh organisasi filantropi Mark Zuckerberg, mengatakan bahwa Facebook harus benar-benar mengambil tindakan atas unggahan Trump. Menurutnya Trump telah mengeluarkan pernyataan keliru soal kebal COVID-19.

"Facebook hanya perlu berbuat lebih baik dengan informasi yang salah. Terutama terkait COVID-19 di mana secara harfiah bisa menjadi hidup atau mati. Mereka terlalu lambat dan saya belum melihat perubahan nyata dalam kebijakan sejak kami mengirimkan surat perhatian kami kepada Mark (Zuckerberg)," kata Shepherd, dikutip CNN.

Ini bukan kali pertama unggahan Trump mendapat peringatan Twitter. Bulan lalu, Twitter juga pernah memberi peringatan terhadap unggahan Trump tentang pemungutan suara. Dan minggu lalu, ia menambahkan peringatan terhadap unggahan Trump yang secara keliru mengklaim COVID-19 tidak terlalu mematikan daripada flu musiman.

Twitter mencoba meyakinkan publik bahwa mereka siap untuk Pemilu AS dengan meluncurkan kebijakan baru yang mengendalikan disinformasi. Twitter mengumumkan bahwa mereka memperluas kebijakannya untuk melawan informasi yang salah terkait pemungutan suara.

Aturan baru kemungkinan akan memaksa platform untuk lebih agresif memeriksa fakta Presiden Donald Trump selama bulan-bulan terakhir kampanye 2020. Twitter juga berhenti menerima iklan politik pada 2019.

Obsesi Trump 

Trump memang begitu terobsesi untuk dapat kembali ke berkampanye setelah absen lebih dari seminggu. Oleh sebab itu kesembuhannya begitu penting. 

Trump berencana untuk melakukan perjalanan ke negara bagian utama medan pertempuran, Florida. Namun rencana tersebut malah disambut unjuk rasa oleh oleh warga Pennsylvania dan Iowa. 

Bukti ilmiah tidak meyakinkan tentang berapa lama orang yang telah pulih dari COVID-19 memiliki antibodi dan terlindungi dari infeksi kedua. Namun Trump telah mengklaim bahwa dirinya kebal virus corona dan tidak lagi melakukan pengobatan. 

“Sepertinya saya kebal, saya tidak tahu, mungkin waktu lama, atau mungkin waktu singkat. Bisa seumur hidup. Tidak ada yang benar-benar tahu, "kata Trump.

"Sekarang Anda memiliki presiden yang tidak harus bersembunyi di ruang bawah tanah, seperti lawannya," kata Trump menyindir rivalnya di Pemilu AS 2020 nanti, Joe Biden. 

Trump tampaknya memang tengah gencar meraup suara rakyat, lantaran jajak pendapat menunjukkan lawannya, Biden lebih unggul meski tipis. Oleh karena itu, ia begitu ngotot ingin kembali berkampanye meski baru pulih dari COVID-19.