Bagikan:

JAKARTA - Apa yang lebih mematikan dari COVID-19? Penelitian terbaru menjawab pertanyaan itu. Jawabannya: obesitas.

Di Inggris, otoritas pemerintahan langsung meluncurkan sebuah kampanye melawan obesitas. Kampanye diluncurkan Senin, 27 Juli.

Pemerintah mulai melarang iklan terkait makanan cepat saji di televisi dan berbagai platform online sebelum jam 09.00 malam. Pemerintah juga menghapus segala bentuk promosi "beli satu gratis satu" pada makanan berkalori tinggi.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku punya keresahan pribadi soal ini. Boris mengatakan, warga Inggris terlihat lebih gemuk ketimbang banyak warga negara lain di Eropa.

Boris yang sempat memiliki tubuh gemuk kini kehilangan banyak bobot badannya sejak dirawat akibat COVID-19. Ia mengajak warga Inggris untuk lebih memerhatikan kesehatan tubuh dengan menjaga berat badan.

“Supaya mereka dapat mengendalikan masa depan sendiri dengan menurunkan berat badan. Kemudian menjadi aktif dan mengadopsi gaya hidup lebih sehat,” kata Boris, dikutip Reuters, Senin, 27 Juli.

"Menurunkan berat badan itu sulit. Tetapi, dengan beberapa perubahan kecil kita semua bisa merasa lebih bugar dan lebih sehat. Jika kita semua melakukan bagian kita, kita dapat mengurangi risiko kesehatan kita dan melindungi diri kita sendiri dari COVID-19,” tambahnya.

Senada, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengungkap 60 persen orang dewasa di Inggris mengalami masalah kelebihan berat badan. Masalah yang amat serius, katanya. Bahkan Public Health England menyatakan perlawanan terhadap obesitas sebagai prioritas.

"Semua orang tahu betapa sulitnya menurunkan berat badan sehingga kami mengambil tindakan berani untuk membantu semua orang yang membutuhkannya," kata Hancock.

“Untuk membantu mendukung mereka agar tak memiliki berat badan berlebih, kita perlu mengurangi pengaruh, seperti promosi dan iklan makanan tinggi kalori dan lemak. Bersamaan dengan itu, kampanye akan didukung oleh upaya lain yang membuat warga Inggris semakin sehat," Hancock.