Bagikan:

JAKARTA - Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Israel dengan Suriah dan Libanon, menyusul tewasnya pejuang Hizbullah Libanon dalam serangan Israel di tepi Damaskus pekan lalu. Elite Hizbullah di Libanon telah bicara mengenai potensi perang besar dengan Israel.

Minggu, 27 Juli, seorang juru bicara militer Israel melaporkan jatuhnya pesawat tak berawak Israel di dalam wilayah Libanon. Pesawat itu merupakan bagian dari operasi panjang Israel di sepanjang perbatasan.

Dalam beberapa bulan terakhir, Israel meningkatkan serangan terhadap Suriah. Intelijen di Barat menyebut serangan itu sebagai perang bayangan yang disetujui Washington.

Tujuan dari serangan adalah merusak kekuatan militer Iran di wilayah tersebut tanpa memicu peningkatan besar dalam perseteruan dengan negara-negara sekitar. Hizbullah sendiri telah mengerahkan pejuangnya di Suriah.

Bersama pasukan Iran, mereka mendukung kekuasaan Presiden Bashar al-Assad dalam konflik yang memicu protes terhadap kekuasaannya pada 2011. Menurut informasi intelijen, pangkalan-pangkalan yang jadi target serangan Israel di Suriah timur, tengah, dan selatan diyakini didukung kuat oleh Iran.

Hizbullah coba hindari perang

Para analis mengatakan Hizbullah dan Israel ingin menghindari konflik habis-habisan. Pandangan itu diperkuat dengan pernyataan Sheikh Naim Qassem, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi pro-Damaskus al Mayadeen.

Qassem mengatakan, atas segala yang telah terjadi, pihaknya tak melihat potensi perang besar sebagaimana diperkirakan banyak pihak. "Suasananya tidak mengindikasikan perang. Itu tidak mungkin. Suasana perang dalam beberapa bulan ke depan," kata dia, dikutip Reuters, Senin, 27 Juli.

Qassem menyinggung aturan keterlibatan yang disusun sejak gerakan Iran di Suriah terjadi. "Tidak ada perubahan aturan keterlibatan dan persamaan pencegah dengan Israel ada dan kami tidak berencana untuk mengubahnya," kata Qassem.

Meski Qassem menyatakan demikian, gesekan antara Israel dan Hizbullah di Libanon telah terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Dua pihak menahan diri dalam kondisi yang begitu panas setelah pejuang Hizbullah Libanon tewas dalam serangan Irael di tepi Damaskus pekan lalu.

Terakhir, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah menyatakan ultimatum kepada Israel. Kematian pejuang mereka akan jadi yang terakhir, kata Sayed Hassan. Jika Israel membunuh satu pejuang lagi, Hizbullah bersumpah akan membalasnya habis-habisan.

Sejak kematian itu, Israel meningkatkan patrolinya di perbatasan antara Suriah dan Libanon, hingga pesawat tanpa awak mereka jatuh di kawasan Libanon pada Minggu, 27 Juli.