Bila Ingin Menang Pilpres, Golkar Harus Punya Strategi Bangun Koalisi Solid dan Mampu Gerakkan Daerah
Ketum Golkar Airlangga Hartarto (kiri)/ DOK DPP Golkar

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, menilai Partai Golkar harus membangun koalisi solid agar berhasil memenangkan Pilpres 2024. Apalagi Golkar berkukuh mencalonkan ketua umumnya, Airlangga Hartarto. 

Koalisi solid itu, kata Dedi, salah satunya ditandai dengan kembalinya seluruh partai Golkar yang saat ini sudah sukses memimpin partai berbeda.

"Misalnya yang berhasil menggabungkan Gerindra, NasDem, dan partai yang kecil seperti Hanura yang semuanya berasal dari Golkar, disatukan dalam koalisi kuning. Mungkin saja menjadi potensi kemenangan Pilpres bagi Golkar," ujar Dedi kepada VOI, Senin, 18 Oktober.

"Itu salah satu strateginya, karena koalisi parpol eks kader Golkar kan juga punya porsi yang sangat kuat terutama Gerindra dan NasDem," sambungnya.

Hanya saja, lanjut Dedi, pekerjaan beratnya adalah bagaimana Airlangga Hartarto menyingkirkan Gerindra dan Prabowo Subianto untuk mau mengalah demi kemenangan.

 Sebab, seandainya terbentuk Koalisi Kuning ini tentu juga bakal menguntungkan Gerindra. Apalagi, selama ini Gerindra ada diposisi yang sulit untuk memuncaki perolehan suara dan tokohnya, Prabowo Subianto.

"Kalau koalisi kuning ini terbentuk akan ada perdebatan apakah yang diajukan tetap Prabowo sebagai tokoh utama ataukah Airlangga Hartarto. Kalau ikut tren, saya kira Prabowo perlu dipertimbangkan untuk dihindari," terang Dedi.

"Karena sejak kalah dari pilpres 2019 Prabowo selalu menunjukkan tingkat penurunan. Sementara Airlangga Hartarto meskipun posisinya masih kecil tetapi trennya naik," imbuh dia. 

Apabila Airlangga berhasil menggandeng beberapa parpol eks Golkar, menurut Dedi, mungkin saja kondisi bisa berubah. Airlangga bisa menjadi calon presiden dengan peluang menang yang besar.

"Tinggal menunggu tahun depan saja kalau misalnya NasDem belum juga punya tokoh potensial maka kemungkinan besar akan bisa diajak bergabung dengan Golkar," kata Dedi. 

"Tetapi kalau di 2022 atau 2023 NasDem punya tokoh potensial, entah tokoh baru yang masuk atau kadernya yang menonjol, Golkar akan menemui kesulitan menggabungkan NasDem," lanjutnya. 

Karena itu, Dedi menyarankan beberapa hal. Pertama, karakter ketokohan Airlangga harus terus dibangun. Terutama mencitrakan bahwa Airlangga adalah tokoh yang layak dipertimbangkan oleh publik.

"Dari catatan catatan prestasi termasuk juga catatan internal Golkar maupun di pemerintah. Airlangga punya kelebihan salah satunya adalah begitu kental nuansa politik buruknya. Artinya berbeda dengan prabowo Subianto yang mungkin sebagian besar pemilihnya sudah mendekonstruksi sudah menurunkan persepsi negatif terhadap Prabowo Subianto," kata Dedi.

Kedua, Golkar memanfaatkan jaringannya yang kuat sekali. Yakni mampu menggerakkan semua pengaruh di tingkat daerah termasuk menjaga partai tetap bersih dari tindakan korupsi.

"Paling tidak tegas terhadap kader yang melakukan korupsi maka citra partai Golkar akan makin baik dan itu bisa menjadi pertimbangan publik di 2024," ujar Dedi.