Bagikan:

JAKARTA - Partai Golkar bertekad untuk mengembalikan kejayaan pemilu seperti di tahun 2004. Jika ingin sukses menang Pemilu 2024, Golkar diusulkan merangkul partai pecahannya, salah satunya adalah Gerindra.

Menyikapi hal itu, Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menegaskan partainya juga ingin merebut kemenangan di Pemilu 2024. Terlebih, Gerindra menduduki posisi kedua di Pemilu 2019.

"Saya kira bukan sombong, tapi saat ini Gerindra adalah pemenang nomor dua pemilu di Indonesia di 2019," ujar Dasco, Senin, 18 Oktober. 

 

Karena itu menurutnya, jika partai lain bertekad untuk merebut kemenangan, apalagi Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto itu tentu akan berupaya menambah perolehan suaranya. 

 

"Gerindra tentu akan mempertahankan kemenangan malah akan menambah lagi suaranya. Itu tekad kami dan kami lakukan konsolidasi terus menerus dan keliatan di semua survei kelihatan hasil kerja kami," kata Dasco.

Soal koalisi dengan Golkar, Dasco mengatakan partainya lebih dulu melihat bagaimana kondisi di waktu depan.

"Antara masalah merangkul partai dengan kemenangan saya bingung, kalau pilpres ya kita lihat nanti karena itu masih lama, yang penting kita akan bekerja agar suara Gerindra lebih naik daripada sekarang," jelasnya.

 

Di satu sisi, kata Dasco, Gerindra memiliki calon presiden potensial yang masih berada di pucuk survei. Untuk itu, pihaknya juga bertekad untuk memenangi Pemilu 2024.

"Kalau Golkar bilang rebut kemenangan kan artinya dia mau menang, sementara calon partai lain gimana, partai Gerindra kan sebagai calon (presiden) survei elektabilitasnya tertinggi juga pengen merebut kemenangan," tukasnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, menilai Partai Golkar harus membangun koalisi solid agar berhasil memenangkan Pilpres 2024. Terlebih, Partai Golkar kekeh mencalonkan ketua umumnya, Airlangga Hartarto. 

 

Koalisi solid itu, kata Dedi, salah satunya ditandai dengan kembalinya seluruh partai Golkar yang saat ini sudah sukses memimpin partai berbeda. 

 

"Misalnya yang berhasil menggabungkan Gerindra, NasDem, dan partai yang kecil seperti Hanura yang semuanya berasal dari Golkar, disatukan dalam koalisi kuning. Mungkin saja menjadi potensi kemenangan Pilpres bagi Golkar," ujar Dedi kepada VOI, Senin, 18 Oktober. 

 

"Itu salah satu strateginya, karena koalisi parpol eks kader Golkar kan juga punya porsi yang sangat kuat terutama Gerindra dan NasDem," sambungnya. 

Hanya saja, lanjut Dedi, pekerjaan beratnya adalah bagaimana Airlangga Hartarto menyingkirkan Gerindra dan Prabowo Subianto untuk mau mengalah demi kemenangan. 

 

Sebab, seandainya terbentuk Koalisi Kuning ini tentu juga bakal menguntungkan Gerindra. Apalagi, selama ini Gerindra ada diposisi yang sulit untuk memuncaki perolehan suara dan tokohnya, Prabowo Subianto.

"Kalau koalisi kuning ini terbentuk akan ada perdebatan apakah yang diajukan tetap Prabowo sebagai tokoh utama ataukah Airlangga Hartarto. Kalau ikut tren, saya kira Prabowo perlu dipertimbangkan untuk dihindari," terang Dedi.