'Kelakuan' Jouska Dinilai Merusak Industri Perencana Keuangan
Founder dan Chief Executive Office (CEO) PT Jouska Finansial Indonesia, Aakar Abyasa Fidzuno. (Foto: Facebook Jouska Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - PT Jouska Finansial Indonesia menjadi perbincangan di jagat media sosial lantaran ada sejumlah akun yang mengaku dirugikan oleh perusahaan perencana keuangan itu. Tak asal menuduh, para akun tersebut mengunggah beberapa bukti bahwa Jouska dengan sengaja menjerumuskan para klien ke saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) yang berujung pada kerugian puluhan hingga ratusan juta.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira mengatakan, masalah awal pada kasus Jouska sebagai perencana keuangan adalah tidak terdaftar sebagai manajer investasi dan lembaga keuangan yang berhak mengumpulkan dana nasabah.

"Ini artinya sudah ada masalah perizinan yang tidak jelas. Efeknya akan membuat masyarakat makin skeptis terhadap jasa perencana keuangan," ujar Bhima kepada VOI, Kamis 23 Juli.

Harusnya menurut Bhima, kewenangan Jouska hanya sebatas memberikan advice atau saran, bukan mengelola dana nasabah. Apalagi, kata Bhima, pasar modal sangat fluktuatif dan memiliki risiko yang tinggi.

"Hal in ini ke depan bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat khususnya milenial untuk mempelajari isi kontrak dengan perencana keuangan. Kemudian apakah ada konflik kepentingan dengan usaha tertentu, dan juga integritasnya," tegas Bhima.

Lebih lanjut menurut Bhima, Satgas Waspada Investasi harus bergerak cepat menangani kasus Jouska ini, karena ditakutkan akan berimbas ke perencana keuangan yang lain. Yang dilakukan Jouska menurut Bhima bakal menggerus kepercayaan masyarakat yang mau belajar soal financial planner.

"Satgas Waspada Investasi harus pro aktif, tidak hanya menunggu laporan korban. Kemudian ada sanksi yang tegas, hingga pencabutan izin usaha. Kalau izinnya perencana keuangan ya jangan masuk ke fintech misalnya. Aturannya sudah jelas, tapi yang menjalankan secara ilegal masih banyak," pungkas Bhima.

Valuasi Saham LUCK

Mengutip CNBC, LUCK melantai perdana di BEI dengan harga Rp286 per lembar saham dan saat itu berhasil menggalang dana sebesar Rp44 miliar. Pada hari penawaran perdana saham LUCK berhasil melesat 49,65 persen sehingga menyentuh level Auto Reject Atas (ARA).

Keesokan harinya saham LUCK masih naik menyentuh level ARA, di hari ketiga dan keempat pencatatan LUCK juga masih membukukan kenaikan yang signifikan. Tercatat dalam 4 hari saham luck naik 272 persen ke angka Rp760 per lembar saham.

Setelah itu saham LUCK nampaknya beristirahat sebelum pada bulan April 2019 saham ini kembali bergerak liar. Tercatat pada 26 Maret 2019 saham LUCK diperdagangkan dengan harga Rp610 per lembar saham, namun kemudian melesat kencang pada bulan-bulan berikutnya.

Saham LUCK bahkan menyentuh titik tertingginya pada 26 Juli 2019 di angka Rp2.050 per lembar saham atau terbang 716 persen dari harga saat IPO. Jika dihitung valuasi saham LUCK pada harga tertinggi, maka bisa dibilang mahal dengan Price Earning Ratio (PER) sebesar 205 kali, karena butuh waktu lama agar valuasi saham ini sampai ke level harganya saat itu.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada kepada VOI mengatakan, kalau dari sisi fundamental, kinerja LUCK tidak ada masalah. Kinerja perusahaan tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir masih bisa survive dengan peningkatan pendapatan dan laba bersihnya.

"Namun yang menjadi masalah sebenarnya bukan di kinerja fundamentalnya, tapi pihak-pihak yang membuat harga sahamnya melambung melebihi valuasinya," ujar Reza.

Reza menganggap ada yang aneh karena saham LUCK bisa begitu terbang tinggi hanya dalam kurun waktu belum genap satu tahun melantai di BEI.

Founder dan Chief Executive Officer (CEO) PT Jouska Finansial Indonesia, Aakar Abyasa Fidzuno menjelaskan kepada CNBC mengapa pihaknya menyodorkan untuk mengoleksi saham LUCK untuk menjadi pilihan salah satu portofolio investasi.

Aakar menjelaskan, dalam memberikan rekomendasi saham untuk investasi, Jouska selalu memberikan beberapa saham yang menjadi pilihan.

"Kenapa LUCK? Kami memilih beli itu misal LUCK itu lagi uptrend atau menguat kala itu di 2019. Saham yang lagi uptrend kenapa tidak untuk direkomendasikan, kemudian sampai Mei (2019) itu mereka masih bagi dividen. Dan kami tidak merekomendasikan investasi bodong. Saham yang ada di BEI itu legal untuk dijual dan dibeli," kata Aakar.