JAKARTA - Partai Gerindra nampaknya masih penasaran untuk menjadikan pimpinan partainya menjadi Presiden Republik Indonesia. Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, memang tak malu-malu jika ada kesempatan untuk maju menjadi calon presiden ketiga kalinya.
"Loh kalau untuk mengabdi dan diberi kesempatan, diberi kepercayaan kenapa tidak?" kata Prabowo dalam podcast Deddy Corbuzier, seperti dilihat Minggu, 13 Juni.
Baru-baru ini, Partai Gerindra dengan lantang memastikan Ketua Umum Prabowo Subianto maju mencalonkan diri sebagai calon presiden di Pilpres 2024.
Kepastian keikutsertaan Prabowo diungkapkan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, dalam Rakorda DPD Gerindra Sulsel, Sabtu, 9 Oktober.
Partai berlambang burung Garuda itu menargetkan perolehan suara Prabowo di Sulawesi Selatan (Sulsel) menang dengan persentase 65 persen.
"Saya katakan, 2024 Pak Prabowo insyaallah akan maju dalam laga pilpres," ujar Muzani dalam keterangannya, Minggu, 10 Oktober.
Majunya Prabowo yang juga Menteri Pertahanan itu, kata Muzani, karena adanya permintaan masyarakat dan kader yang begitu masif.
"Majunya beliau karena begitu besar harapan rakyat, pembangunan harus berlanjut, cita-cita kita berpartai belum terwujud," tegas Muzani.
"Maka, apa yang baru Saudara ucapkan (meminta Prabowo maju di pilpres, red) akan kami teruskan. Dan dengan tidak mendahului jawaban beliau, saya katakan sekali lagi, insyaallah Pak Prabowo akan maju di Pilpres 2024," sambungnya.
Dalam Rakorda tersebut, Muzani meminta seluruh komponen Gerindra Sulsel, mulai DPD, DPC, PAC, hingga ranting untuk memenangkan Prabowo. Pada Pilpres 2019, kata dia, Prabowo sebagai capres berhasil menang di Sulsel dengan perolehan suara 57 persen.
"Tekad kita untuk memenangkan Pak Prabowo di 2024 harus lebih besar. Saya minta dengan hormat, jangan sampai ada anggota DPRD Sulsel menyebabkan kekalahan kita. Saudara harus menjadi faktor penentu kemenangan bagi Pak Prabowo," ucap Muzani.
"Paling tidak dengan target minimal kemenangan 65 persen. Dengan target itu, maka, jadikanlah Sulsel sebagai kandang Gerindra," imbuhnya.
Sebetulnya, Partai Gerindra punya nama-nama potensial lain selain sang ketum, seperti Sandiaga Uno. Melihat tren generasi muda pada bursa Pilpres 2024 mendatang, haruskah Gerindra mencalonkan kembali Prabowo?
Melihat survei, nama Prabowo Subianto memang belum terkalahkan sebagai capres. Tapi elektabilitas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno juga sudah berada di urutan ke empat besar terkait calon presiden 2024.
Temuan ini berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC). Hasil survei SMRC yang dilakukan dengan simulasi pilihan semi terbuka menyatakan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih berada di posisi teratas dengan 18,1 persen.
"Dalam format pertanyaan semi terbuka dengan daftar 42 nama, Prabowo mendapat dukungan 18,1 persen," kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 7 Oktober.
Dari survei tersebut, posisi kedua ditempati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan tingkat elektabilitas 15,8 persen, disusul nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 11,1 persen.
Sementara, di posisi keempat ada nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dengan elektabilitas 4,8 persen, dan posisi kelima Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 3,6 persen.
Untuk informasi, survei dilakukan pada periode 15-21 September 2021. Responden survei mencakup seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam Pemilu. Total responden adalah 1220 orang dan dipilih secara random (multistage random sampling).
Margin of error dari survei ini adalah 3,19 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Sebagai catatan, response rate yang valid sebesar 981 orang atau 80 persen. Mereka dianalisis dan diwawancara tatap muka.
Gerindra Harus Pikir Matang Calonkan Prabowo atau Sandiaga
Partai Gerindra nampaknya harus berhitung lebih matang lagi untuk kembali mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menanggapi kemungkinan Gerindra mengusung Prabowo Subianto, Sandiaga Uno atau tokoh lain di 2024.
Pasalnya, meski juara di berbagai lembaga survei namun elektabilitas menteri pertahanan RI itu cenderung stagnan bahkan menurun belakangan ini.
Sedangkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra sekaligus Menteri Parekraf Sandiaga Uno justru elektabilitasnya terus mengalami kenaikan.
"Prabowo sudah dalam tahapan yang sangat stagnan, sementara Sandiaga Uno masih cukup dinamis dan berpeluang jauh meninggalkan Prabowo Subianto," ujar Dedi kepada VOI, Selasa, 5 Oktober.
Dalam temuan IPO sendiri di dalam 2-10 Agustus lalu, lanjutnya, Sandiaga sudah meninggalkan Prabowo baik dari sisi popularitas maupun elektabilitas.
"Artinya Gerindra harus betul-betul matang. Kalau Gerindra mengajukan kembali Prabowo dan tidak lagi mengusung Sandiaga maka peluang kalah lebih besar dibandingkan dengan mengusung Sandiaga," jelas Dedi.
Kemudian, kata Dedi, tren di Pilpres 2024 adalah tren tokoh baru. Misalnya, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Erick Tohir, Ganjar Pranowo, adalah nama baru yang dalam benak publik belum pernah mengikuti kontestasi.
"Kalau Prabowo jadi satu-satunya orang yang paling senior dalam kancah kontestasi maka orang cenderung akan melupakan. Dan ini bicara data, artinya sudah ada tren penurunan terhadap Prabowo Subianto," terang Dedi.
Jadi, tambahnya, jika Gerindra mau berpikir rasional akan jauh lebih baik sekarang mengusulkan nama lain selain Prabowo Subianto. Paling tidak, kata Dedi, jangan dimenit-menit diakhir pengumuman capres.
"Lebih cepat, lebih baik mereka memutuskan apakah Sandiaga Uno yang akan maju atau tetap Prabowo Subianto," kata Dedi.
"Kalau saya diminta saran, saya akan mengajukan Sandiaga Uno, lebih potensial," sambungnya.
Menurut Dedi, Partai Gerindra jangan memaksakan diri untuk kembali mencalonkan Prabowo Subianto. Sebab, diprediksi sang ketua umum akan mengecap kekalahan pilpres untuk ketiga kalinya.
"Betul (jangan memaksakan, red). Kalau tujuan mereka untuk menang, saya kira Prabowo harus merelakan posisi kandidat capres. Kalau posisinya hanya untuk memenuhi hasrat politik ya silahkan saja, tetapi di atas angka Prabowo tidak lagi menarik bagi pemilih terutama di 2024," tandasnya