Gamangnya Kebijakan Kampanye Pariwisata Jepang yang Menuai Kritik
Ilustrasi (Unsplash/Jezael Melgoza)

Bagikan:

JAKARTA - Jepang mulai menggalakkan kampanye pariwisata yang bertujuan untuk menghidupkan kembali industri yang telah melemah karena pandemi COVID-19. Namun upaya tersebut menuai banyak kritik di tengah lonjakan kasus orang yang terinfeksi virus corona baru.

Melansir Reuters, Rabu 22 Juli, Pemerintah Jepang sempat mengenalkan program Go To Travel. Sebuah program perjalanan yang menawarkan subsidi hingga 50 persen untuk perjalanan ke berbagai daerah di Jepang, kecuali Tokyo. 

Namun program tersebut dihapus pada minggu lalu setelah kasus COVID-19 melonjak ke level tertinggi. Media lokal bahkan memelesetkan program tersebut dengan "Go To Trouble (membawa masalah)."

Kritik tersebut menunjukkan besarnya kegelisahan publik, karena kebijakan pemerintah yang kontradiktif. Pasalnya, pemerintah mencoba untuk meningkatkan perekonomian sambil menahan penyebaran virus.

"Tidak ada perubahan pada sikap kami untuk secara hati-hati memulai kembali kegiatan ekonomi, sambil meminta masyarakat untuk bekerja sama dalam mencegah penyebaran virus corona," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. 

Kebijakan kurang jelas

Banyak orang di industri pariwisata merasa frustrasi dengan kebijakan yang dianggap kurang jelas. “Jelas pemerintah sedang berebut dan sama sekali tidak siap. Juga sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang skema ini karena banyak hal yang berubah," kata seorang Manajer Hotel di Osaka, yang menolak disebutkan namanya. 

Senada dengan itu, Manajer Hotel Nikko Osaka, Hiroaki Gofuku mengatakan ia berharap kampanye ini akan menjadi pendorong bagi industri pariwisata yang rentan. Tetapi ia juga berhati-hati untuk tidak terlalu optimis.

"Tokyo adalah pasar besar kami," katanya. "Dengan kekacauan ini, kita sebenarnya melihat lebih banyak pembatalan kebijakan."

Para pelaku industri pariwisata nampaknya akan masih menghadapi tantangan berat akibat pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura juga diperkirakan akan mengumumkan penundaan pembukaan kembali stadion dan acara besar. 

Padahal sebelumnya, Pemerintah Jepang berencana untuk mengurangi pembatasan terhadap stadion dan tempat konsel mulai Agustus. Hal tersebut memungkinkan mereka bisa mengoperasikan setengah dari kapasitas maksimum.

Tokyo mengumumkan bahwa kasus harian diperkirakan akan mencapai lebih dari 230. Hal itu menjadi peringatan bagi negara tersebut bahwa COVID-19 belum sepenuhnya terkendali.