Petaka Banjir di Assam: Tewasnya Manusia, Matinya Hewan Langka
Ilustrasi foto (Marcus Call Col/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Hujan tiada henti memicu banjir parah di Negara Bagian Assam, India. Banjir tersebut menewaskan sedikitnya 85 orang, menggusur puluhan ribu penduduk, dan menenggelamkan margasatwa langka di taman nasional.

Melansir CNN, Selasa, 21 Juli, sejak Mei banjir parah telah menenggelamkan ribuan desa di tepi Sungai Brahmaputra yang meluap. Banjir juga memaksa lebih dari 145.648 orang keluar dari rumah mereka. Dan yang jelas, banjir turut menghambat upaya mencegah penyebaran COVID-19.

Pada Senin, 20 Juli, 48.197 warga yang mengungsi berlindung di 276 kamp bantuan yang didirikan di seluruh negara bagian. Sementara, yang lain kembali ke rumah setelah banjir surut, menurut Otoritas Manajemen Bencana Negara Assam.

Terkenal dengan perkebunan tehnya, negara bagian timur laut ini dilanda banjir dan tanah longsor setiap tahun selama musim hujan. Namun, banjir tahun ini datang ketika India tengah berjuang menahan penyebaran COVID-19.

India sendiri telah mencatat lebih dari satu juta kasus COVID-19 terkonfirmasi, tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil. Virus menyebar dengan cepat di Assam, menginfeksi lebih dari seribu orang setiap hari selama sepekan terakhir.

Secara hitungan total, banjir berdampak pada lebih dari 2,4 juta orang di 24 dari 33 distrik di Assam. Pemerintah Assam mengeluarkan pedoman langkah-langkah pencegahan untuk COVID-19 di kamp-kamp bantuan.

Para pengungsi diwajibkan menjaga kebersihan dan tetap melakukan physical distancing semaksimal mungkin. Langkah-langkah ini juga termasuk menempatkan orang tua berusia di atas 60 tahun di area terpisah. ​

Pihak berwenang juga memastikan akan terus mendistribusikan masker dan memastikan persediaan sabun serta pembersih. Kebersihan sanitasi kamp juga dijaga dan akan ada tes swab secara berkala yang sesuai dengan pedoman.

Terancamnya satwa liar

Tak cuma bagi manusia. Banjir ini juga jadi petaka bagi satwa liar lagi langka. Banjir menenggelamkan taman nasional dan menewaskan lebih dari seratus hewan liar, termasuk belasan badak.

Membentang lebih dari 414 kilometer persegi di dataran banjir sungai Brahmaputra, Taman Nasional Kaziranga adalah rumah bagi harimau, gajah, dan badak bercula satu. Badak bercula satu pernah hampir punah karena diburu atau dibunuh lantaran kerap dianggap hama pertanian.

Di awal abad ke-20, hanya ada sekitar 200 badak bercula satu yang tersisa di alam liar. Tetapi konservasi berhasil membawa mereka kembali dari tepi jurang.

Menurut World Wild Fund for Nature, sekitar 2.400 badak bercula satu saat ini tinggal di Taman Nasional Kaziranga. Terhitung dua pertiga dari total populasi di dunia.

Namun, lebih dari 80 persen taman itu sekarang berada di bawah air dan 113 hewan liar telah tenggelam. Otoritas Taman Nasional hanya berhasil menyelamatkan 140 hewan, menurut laporan mereka.