Bila Ciuman Dilarang dan Dunia Malam jadi Kambing Hitam Memburuknya Pandemi
Ilustrasi foto (Alexander Popov/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pekerja malam di Jepang menuntut protokol praktis dalam berinteraksi dengan pelanggan. Ada sejumlah hal yang disarankan pakar. Salah satunya adalah larangan berciuman di bar.

Shinya Iwamuro, seorang ahli urologi dan advokat kesehatan masyarakat tengah merancang berbagai langkah pengendalian infeksi di Distrik Shinjuku Tokyo dan tempat hiburan malam lain. Ia mengatakan kepada Reuters bahwa aturan praktis itu amat dibutuhkan para pecinta dunia malam Jepang, termasuk para pekerjanya.

Macam imbauan dalam hubungan seks yang sehat, Iwamuro mengimbau agar setiap orang hanya berciuman dengan pasangannya. "Sedapat mungkin ciumanlah hanya dengan pasangan. Hindari ciuman yang dalam," kata Iwamuro, dalam konferensi pers, menguraikan apa yang ia sebut sebagai "etiket berciuman".

Selain aturan berciuman, Iwamuro juga mendorong agar pengelola tempat hiburan menerapkan larangan berbagi tempat makan dan mengatur cara berbicara pengunjung. Interaksi verbal hanya boleh dilakukan dalam sudut pandang tertentu untuk menghindari droplet.

Pengujian strategis di distrik kehidupan malam di Tokyo telah mengungkap meningkatnya kasus harian virus corona, terutama di antara orang-orang berusia 20-an dan 30-an. Sejumlah klaster penularan mendorong gubernur meningkatkan peringatan kota ke level "merah" tertinggi pada 15 Juli.

Di Tokyo, kasus corona mendekati tiga ratus dalam sehari, tercatat pada akhir pekan lalu. Pemerintah mengecualikan orang yang bepergian ke dan dari ibu kota. Hal itu merupakan bagian dari kampanye pemerintah bernilai miliaran dolar yang bertujuan menghidupkan kembali pariwisata domestik.

Pemerintah juga mempertimbangkan memperkuat tindakan khusus yang memungkinkannya menyatakan keadaan darurat. Media melaporkan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa mungkin ada lebih banyak pemeriksaan spot dari bisnis kehidupan malam.

Kambing hitam

Tetapi ada kekhawatiran bahwa kehidupan malam telah menjadi kambing hitam bagi kegagalan pemerintah untuk melacak dan mengendalikan penyakit ini. Masayuki Saijo, Direktur Virologi National Institute of Infectious Diseases, mengatakan tak tepat mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja.

"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari," kata Saijo. "Strategi untuk mengurangi infeksi manusia ke manusia adalah sama."

Lebih dari satu juta orang diperkirakan bekerja di industri ini, kata Kaori Kohga, perwakilan Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam. Kelompoknya telah menyusun peraturan keselamatan sendiri untuk anggotanya, termasuk mendisinfeksi mikrofon karaoke. Mereka menganggap rekomendasi pemerintah, seperti memakai topeng dan jarak sosial dua meter, tidak praktis.

"Tidak ada yang akan berubah jika Anda hanya mengkritik kami sebagai orang jahat," kata Kohga, menambahkan pemerintah tidak mengakui aturan mereka atau menawarkan bantuan keuangan yang cukup untuk bisnis atau pekerja.