Hari Pohon Sedunia: Meneladani Jadav Payeng Sang Pembuat Hutan
Tokoh Kehutanan Jadav Payeng (Foto: The Sentinel)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap tanggal 21 November, dikampanyekanlah Hari Pohon Sedunia. Hari ini jadi pengingat penduduk dunia untuk menghormati jasa-jasa pecinta alam asal Amerika, J. Sterling Morton, yang giat mengampanyekan gerakan menanam pohon. Salah satu orang yang mewarisi semangat Morton adalah Jadav Payeng. Pria asal India itu berhasil mengubah tanah tandus menjadi hutan ratusan hektare, dengan pohon yang ia tanam selama 40 tahun.

Kita semua mesti sepakat, pohon punya peran penting pada kelangsungan makhluk hidup. Pohon sebagai produsen oksigen bisa menjadi penangkal pemanasan global. Selain itu pohon juga dapat mencegah bencana alam seperti banjir, erosi, dan lainnya.

Pohon juga menjadi tempat hidup beberapa jenis makhluk hidup. Pohon menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan berperan penting untuk alam. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bagi manusia untuk menjaga pohon.

Lima tahun lalu channel YouTube Wiliam D McMaster membuat video dokumenter bertajuk "Forest Man". Ia mendokumentasikan kisah pria asal India Jadav Payeng yang sehari-harinya menanam pohon selama 40 tahun. 

Payeng, orang keturunan suku Mishing yang tinggal di Jorhat, utara negara bagian Assam, India. Mulai menanam pohon pertamanya pada 1979. Saat itu ia masih remaja. Ia tergerak melakukan ini setelah banjir besar melanda Assam. Banjir itu melibas pepohonan yang berada di tepian sungai. Akibatnya hewan-hewan kehilangan tempat tinggal mereka. 

Menurut kabar yang ia dengar dari tetua desa, hewan-hewan mulai kehilangan habitatnya karena berkurangnya lahan hutan dan penebangan pohon. Atas petunjuk tetua, lantas Payeng mulai menanam bibit pohon pertamanya yang ia terima dari tetua desa. 

Payeng menanam bibit pohon tersebut di sebuah pulau besar di tengah sungai Brahmaputra, Majuli nama pulaunya. Mulanya, dia menanam pohon dari tepian sungai hingga akhirnya hampir ke seluruh pulau. Itu dilakukan selama 40 tahun, sementara dia sudah berusia 60 tahun. Hasilnya, bibit yang dia semai itu menjelma menjadi ladang hutan seluas 550 hektare. 

Payeng yang merupakan seorang petani dan mencari uang dengan menjual susu itu berhasil mengubah tanah tandus tersebut seorang diri. "Sebelumnya, ini semuanya hanya hamparan pasir. Tidak ada pohon, tidak ada rumput. Hanya ada batang kayu mati. Sekarang, benih rumput yang disirami air dari aliran sungai yang berasal dari China mulai tumbuh, kemudian melakukan penyerbukan dengan sendirinya," kata Payeng kepada npr.org.

Payeng masih ingat dengan pohon pertama yang ia tanam, serta setiap pohon yang kini telah tumbuh menjulang tinggi. "Pertama pohon bambu, kemudian saya juga menanam pohon kapas. Kemudian saya terus menanam segala macam jenis pohon," kata Payeng. 

Kepada NPR, Payeng menunjukan salah satu pohon tertua yang telah ia tanam. Pohon yang sudah tinggi menjulang itu adalah jati berusia 30 tahun. Di pohon yang ia tunjukan itu ada sebuah goresan cakar harimau. Katanya, setelah pulau ini jadi hutan, seekor harimau berada di sana. Dia menduga, 85 ekor sapi dan 86 kerbaunya yang hilang, jadi santapan si kucing besar. Dia pernah bertemu dengan si harimau. Satu kali. Si kucing tak berbuat apa-apa padanya.

"Aku tidak takut," ujarnya. "Yang satu ini (harimau) membunuh seekor kerbau, melihatku, kemudian melengos pergi," kata Payeng. 

Dari apa yang telah ia lakukan selama puluhan tahun itu, Pemerintah India menganugerahkan penghargaan sipil tertinggi padanya, yakni Padma Shri, dan beberapa penghargaan lain. 

Jadav Payeng mendapatkan penghargaan Padma Shri dari Presiden Pranab Mukherjee (Foto: wikipedia.org/wiki/Jadav_Payeng)